Tahbisan Iman dan Diakon Keuskupan Tanjungkarang, Mgr Harun : Tuaian Memang Banyak, Tetapi Pekerja Sedikit

“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (TB Luk 10:2)

KRAKATOA.ID, PANJANG — Kebahagiaan Allah di surga terpancar dari langit yang cerah di atas Gereja Santo Petrus Stasi Panjang, Paroki Ratu Damai Teluk Betung. Selasa 22 November 2022, Administrator Apostolik Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono mentahbiskan satu Imam dan dua diakon.

Mereka adalah Reverendus Dominus (RD) Nicolaus Heru Andrianto dan Diakon Nicolaus Agung Suprobo dan Diakon Pius Wahyo Adityo Raharjo.

Acara tahbisan ini dimulai pukul 09.00 WIB dihadiri sekitar 5000-an umat katolik. Perayaan Tahbisan ini dipimpin oleh Uskup keuskupan Agung Palembang yang juga sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono didampingi para Imam dari seluruh Keuskupan Tanjungkarang.

Dalam homilinya Mgr Harun mengatakan bahwa tidak ada perintah selain kasih.

“Jika kita tidak bisa mengasihi maka kita tidak mengikuti guru kita, Imam Agung kita yaitu Yesus Kristus sang Imanuel.Sebab dalam kasih ada pengampunan. Dan semua itu mencerminkan di dalam satu Master yaitu In persona Christi,” kata Mgr. Harun.

Dikatakan Mgr. Harun, umat Katolik hadir sebagai umat yang menyatukan dan menyelamatkan.

“Memang hidup kita selalu dalam proses, maka diperlukan pertobatan sehingga hidup kita berakar pada Injil dan Guru Yesus Kristus. Kematian dan kebangkitan selalu mendukung dan memimpin gereja.

Hal ini mendasari kehidupan seorang imam, ketaatan, selibat dan kemiskinan,” katanya.

Ketaatan, lanjut Mgr. Harun bukan hanya menuruti perintah atasan, tetapi mengikuti kehendak Bapa. Ketaatan bukan berhenti pada salib karena setelah salib ada kemuliaan.”

Selibat kata Uskup keuskupan Agung Palembang menjadi pilihan hidup sebagai jalan hidup manusia. Sehingga ketika ada godaan, tetap memilih jalan ini. Selibat merupakan panggilan hidup melayani tanpa upah demi keselamatan umat manusia.”

“Kemiskinan tercermin dari Yesus yang rela mengosongkan diri menjadi manusia. Kemiskinan tetap relevan jika masyarakat telah makmur. Karena ketika bumi ini ada, kemiskinan tetap ada.”

Orang-orang yang mengalami musibah, menderita, ketidakadilan akan tetap ada. Menjadi senasib dengan orang kecil yang menderita adalah panggilan hidup seperti Yesus.”

“Kemiskinan seperti seorang pilot, ketika pilot selamat maka tidak jadi berita, tetapi ketika jatuh, maka akan menjadi berita,” tutup Mgr. Harun.

Profil RD Nicolaus Heru

RD Nicolaus Heru lahir di Sidoharjo, 23 September 1991. Dia aktif menulis dan sudah mengeluarkan buku Seni Merayakan Hidup dan MEMELUK FAJAR : Perjalanan Hidup Kaum Berjubah.

Buku MEMELUK FAJAR : Perjalanan Hidup Kaum Berjubah terbit 23 Juli 2016. Merupakan buku perdana berjudul MEMELUK FAJAR : Perjalanan Hidup Kaum Berjubah. Berisi 163 halaman yang merupakan buah-buah refleksi RD Nicolaus Heru baik dalam lingkup keluarga dan pengalaman panggilan. Dalam buku ini juga mengutarakan keseharian sebagai orang terpanggil, berisi pergumulan dalam panggilan selama menjalani panggilan sebagai calon imam.

Asal tahu saja, setelah upacara perayaan tahbisan ini dilanjutkan pemberkatan dan penandatangan prasasti Gua Maria Stella Maris Bintang Samudra.***

BACA JUGA :  OVO Menangi Fintech Start-up of the Year – Indonesia di Ajang Penghargaan Internasional Bergengsi