KRAKATOA.ID (VOA) — Latihan pengerahan pertahanan udara yang dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah NATO sedang berlangsung pada hari Senin (12/6).
Latihan Air Defender 2023 yang diselenggarakan di Jerman akan berlangsung hingga 23 Juni. Latihan yang sudah lama direncanakan ini bertujuan menunjukkan kemampuan aliansi di tengah ketegangan tinggi dengan Rusia.
Pesawat pertama lepas landas pada Senin pagi dari lapangan terbang di Jerman utara. Sekitar 10.000 peserta dan 250 pesawat dari 25 negara akan menanggapi simulasi serangan terhadap anggota NATO. Amerika Serikat sendiri mengirimkan 2.000 personel Garda Nasional Udara AS dan sekitar 100 pesawat.
“Latihan itu adalah sinyal, sebuah sinyal di atas segalanya bagi kami, sinyal bagi kami, negara-negara NATO, tetapi juga bagi penduduk kami bahwa kami berada dalam posisi untuk bereaksi dengan sangat cepat… bahwa kami akan mampu mempertahankan aliansi jika terjadi serangan,” kata Kepala Staf Angkatan Udara Jerman Letnan Jenderal Ingo Gerhartz kepada televisi ZDF. Ia menambahkan, ia mengusulkan latihan itu pada 2018, dengan alasan bahwa pencaplokan Krimea oleh Rusia menegaskan kebutuhan untuk dapat mempertahankan NATO.
Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 mengejutkan NATO dan mendorong aliansi untuk mempersiapkan dengan sungguh-sungguh kemungkinan menghadapi serangan di wilayahnya. Swedia, yang berharap untuk bergabung dengan aliansi tersebut, dan Jepang, juga ikut serta dalam latihan tersebut.
Evaluasi-evaluasi sejauh mana latihan itu akan mengganggu penerbangan sipil sangat bervariasi. Matthias Maas, kepala serikat pengawas lalu lintas udara Jerman, GdF, mengatakan bahwa itu “tentu saja akan berdampak besar pada pengoperasian penerbangan sipil.”
Gerhartz membantahnya. Ia mengatakan otoritas kontrol lalu lintas udara Jerman telah bekerja sama dengan angkatan udara untuk meminimalkan gangguan hingga sekecil mungkin. Ia mencatat bahwa latihan ini terbatas pada tiga area yang tidak akan digunakan secara bersamaan, dan akan berakhir sebelum libur sekolah dimulai di Jerman.
“Saya harap tidak ada pembatalan; mungkin ada penundaan dalam hitungan menit di sana-sini,” katanya, berkeras bahwa studi yang dikutip oleh serikat pengawas lalu lintas udara mengasumsikan bahwa skenario terburuk adalah cuaca buruk di mana militer tidak akan terbang. [ab/ka]