PBB: Jumlah Pengungsi Catat Rekor 110 Juta Orang

Menjelang Hari Pengungsi Sedunia pada 20 Juni, PBB merilis laporan yang menyebutkan bahwa jumlah orang yang terpaksa mengungsi mencatat rekor 110 juta. Invasi Rusia ke Ukraina dan konflik di Sudan mendorong naik jumlah tersebut. Sejumlah bisnis internasional turut mengulurkan bantuan.

KRAKATOA.ID, JENEWA, SWISS (VOA) — Kepada wartawan di Jenewa pekan lalu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan bahwa sampai akhir 2022, tercatat 108,4 juta orang mengungsi. Jumlah itu naik 19 juta dari tahun sebelumnya karena invasi Rusia ke Ukraina, dan kini menjadi 110 juta dengan adanya konflik di Sudan.

“Terdapat 110 juta orang yang mengungsi karena konflik, persekusi, diskriminasi, kekerasan yang seringkali bercampur dengan motif lain, khususnya dampak perubahan iklim,” kata Grandi.

Sekjen PBB Antonio Guterres, Senin (19/6), memaparkan situasi di Sudan. Ia mengimbau negara-negara agar meningkatkan janji bantuan untuk Sudan, di mana konflik antara faksi-faksi militer yang bersaing telah memaksa sekitar 2,2 juta orang mengungsi dan memicu krisis kemanusiaan yang besar.

“Skala dan kecepatan terjerumusnya Sudan ke kematian dan kehancuran belum pernah terjadi. Tanpa dukungan internasional yang kuat, Sudan bisa dengan cepat menjadi tempat pelanggaran hukum, memancarkan ketidakamanan di seluruh wilayah,” ujar Guterres.

Tanpa menyebut nama negara, Grandi menyuarakan keprihatinan akan aturan yang lebih tegas dalam menerima pengungsi, bahkan penolakan. Namun, ia optimistis atas kesepakatan yang dicapai menteri-menteri Uni Eropa pekan lalu tentang tanggung jawab bersama untuk migran dan pengungsi.

Perusahaan multinasional, antara lain Amazon, Marriott, Hilton, berjanji mempekerjakan lebih dari 13.000 perempuan Ukraina dan pengungsi lainnya di Eropa dalam tiga tahun ke depan. Lebih dari 40 perusahaan, Senin, mengatakan akan mempekerjakan, menghubungkan ke pekerjaan atau pelatihan total 250.000 pengungsi, dengan 13.680 dari mereka mendapatkan pekerjaan langsung di perusahaan-perusahaan tersebut.

BACA JUGA :  Program "Menanam Mata Air” Indonesia Diakui PBB

Dorongan perekrutan di Eropa ini diorganisir Tent Partnership for Refugees, organisasi nirlaba yang didirikan CEO Chobani Hamdi Ulukaya. Organisasi yang menghubungkan bisnis dan pengungsi ini diresmikan pada pertemuan di Paris.

Wakil komisaris tinggi PBB untuk pengungsi, Kelly Clements, menilai janji kalangan bisnis sangat penting. “Setiap angka adalah cerita tentang satu keluarga yang meninggalkan segalanya demi keselamatan, mencari perlindungan, dan ingin bisa bangkit lagi secepat mungkin.”

Clements memuji negara-negara Eropa yang menyambut baik pengungsi Ukraina dengan menyediakan sekolah, tempat kerja, dan peluang lain. Ia mengatakan, hal yang sama harus diberikan kepada pengungsi lain, yang juga melarikan diri dari konflik dan krisis, seperti dari Suriah, Sudan, dan Afghanistan. [ka/jm]