Rusia: China Dukung Upaya Stabilisasi Moskow Usai Pemberontakan Singkat Tentara Bayaran Wagner

KRAKATOA.ID (VOA) — Rusia mengatakan, pada Minggu (25/6), bahwa China mendukung upaya Presiden Vladimir Putin untuk menstabilkan negara itu setelah kelompok tentara bayaran Wagner melakukan pemberontakan singkat terhadap Kremlin.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, China menyatakan dukungannya terhadap Moskow ketika Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Rudenko melakukan kunjungan yang sebelumnya tak diumumkan ke Beijing.

“Pihak China menyatakan dukungan atas upaya kepemimpinan Federasi Rusia untuk menstabilkan situasi negara dalam kaitannya dengan peristiwa pada 24 Juni, dan menegaskan kembali kepentingannya untuk memperkuat persatuan dan kemakmuran Rusia,” demikian pernyataan Rusia.

Rudenko bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Qin Gang untuk membahas “isu-isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama,” kata Kementerian Luar Negeri China dalam situs webnya.

Kunjungan Rudenko dilakukan sehari setelah Yevgeny Prigozhin, pemimpin tentara bayaran swasta Kelompok Wagner, memerintahkan pasukannya untuk bergerak menuju Moskow dalam tantangan terbesar terhadap kepemimpinan Putin selama lebih dari dua dekade terakhir. Prigozhin menyetujui sebuah perjanjian dengan Kremlin pada Sabtu (24/6) untuk pergi ke pengasingan.

Belum jelas apakah kunjungan Rudenko ke China merupakan tanggapan atas pemberontakan tersebut.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan dalam sebuah penyataan pada Minggu (25/6) malam bahwa pemberontakan itu merupakan “urusan dalam negeri Rusia.”

“Sebagai tetangga yang bersahabat dan mitra stategis yang komprehensif di era baru, China mendukung Rusia dalam menjaga stabilitas nasional dan mencapai pembangunan dan kemakmuran,” ungkap China, tanpa secara eksplisit merujuk soal kepemimpinan Rusia.

China dan Rusia, meski bukan sekutu resmi, telah mempertahankan hubungan dekat selama invasi Moskow ke Ukraina, tindakan yang enggan pemerintah China kutuk.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat lain mendesak Beijing agar tidak memasok Rusia dengan persenjataan yang dapat digunakan dalam konflik Ukraina. Pada Mei lalu, China mengirim seorang utusan ke Ukraina dan Rusia untuk memediasi perundingan untuk mengakhiri perang.

BACA JUGA :  Banyak Orang Enggan Menikah di China, Bisnis Pernikahan Terpukul

Selama di Beijing, Rudenko juga mengadakan pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Ma Zhaoxu. Kedua pihak berjanji akan “memperkuat solidaritas dan kerja sama” serta “mempromosikan Organisasi Kerja Sama Shanghai, sebuah kelompok kawasan yang berfokus pada keamanan, di mana baik China maupun Rusia sama-sama menjadi anggota, menurut informasi hasil pertemuan dari Kemenlu China.

“Di bawah situasi internasional yang kompleks dan parah, penting untuk berkomunikasi secara tepat waktu, memastikan hubungan yang stabil dan jangka panjang di antara kedua negara dan menjaga kepentingan bersama kedua pihak,” kata Ma.

Meski singkat, para pengamat mengatakan bahwa pemberontakan yang dilakukan Kelompok Wagner mengungkap lebih lanjut kelemahan Putin, yang citranya telah dirusak parah oleh perang di Ukraina, yang telah berlangsung selama 16 bulan terakhir dan menewaskan banyak sekali tentara Rusia. [rd/jm]