Air Terjun Lubuk Lau Wisata Tersembunyi di Pesawaran

KRAKATOA.ID, PESAWARAN — Air Terjun Lubuk Lau salah satu destinasi wisata alam di Pesawaran dirasa belum familiar. Selain lokasinya yang berada di tengah hutan, tapi juga akses jalan menuju ke tempat ini sangat sulit, apalagi jika musim hujan.

Air Terjun Lubuk Lau terletak di Desa Way Sabu, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Arter ini masih berada di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.

Untuk menuju ke sana dibutuhkan perjalanan dari Kota Bandarlampung menuju ke Yonif 9/Beruang Hitam yang terletak di Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran. Dari situ, barulah perjalanan sesungguhnya dimulai.

Dari Desa Gebang perjalanan dimulai dengan menyusuri pinggiran irigasi dan kebun kakao. Jika menggunakan motor dibutuhkan dengan spesifikasi khusus untuk melibas jalan menuju ke Air Terjun Lubuk Lau.

Dibutuhkan waktu tempuh 2 hingga 2,5 jam untuk sampai pada lokasi terakhir yang bisa dilalui motor. Tapi kalau untuk ukuran warga di sana, waktu tempuh dengan menggunakan motor hanya setengah jam.

“Kalau dari kampung bawah (Desa Gebang/Yonif 9/Beruang Hitam) dua jam, kalau naik motor paling satu jam nyampek,” kata Rozi, warga Desa Way Sabu di lokas Air Terjun Lubuk Lau, Sabtu (12/8/2023), seperti dikutip dari Altumnews.com.

Menurut Rozi, dirinya sering dengan sukarela mengantarkan pengunjung karena kebun miliknya merupakan titik terakhir motor bisa menjangkau oleh wisatawan. Membutuhkan waktu tempuh tracking 25 menit sampai satu jam menuju lokasi Air Terjun Lubuk Lau dari kebun Rozi.

“Dari tempat motor dapat menerjang, jalan ke arah arter kurang lebih 25 menit. Itu kalau saya, namun para penunjung biasanya membutuhkan waktu lenih dari itu,” paparnya.

BACA JUGA :  FIFA Resmi Berkantor di Indonesia

Dikatakannya tidak sedikit pengunjung yang kecewa jika mencari lokasi Air Tejun Lubuk Lau, karena memang akses jalan menuju ke sana sulit dan ekstrem dengan menyusuri sungai dan beberapa kali diharuskan menyeberanginya. Batu yang licin saat menyeberang sungai yang memakan banyak waktu tracking.

“Ya karena gak ada akses jalannya di sini harus ada penunjuk jalan. Karena kebanyakan yang ke sini (wisatawan) banyak yang pada pulang, gak ketemu jalannya. Saya sering nganterin ke sini (lokasi arter),” jelas Rozi.

Dikatakan Rozi nama air terjun yang memiliki ketingian 10 meter ini adalah Lubuk Helau.

“Saya kurang paham juga mengapa namanya Lubuk Lau, tapi namanya itu sudah terkenal gitu, panggilanya Lubuk Lau, gitu. Sebetulnya namanya itu Lubuk Helau. Helau itu artinya bagus,” terang pria yang keseharaiannya sebagai petani kakao.

Untuk jumlah pengunjung lanjut Rozi ada saja yang datang terutama pada saat weekend, itupun jika cuaca mendukung.

“Ada aja wisatawan ke sini, tapi kalau cuaca panas. Tapi kalau musim penghujan orang-orang pada takut ke sini, karena takut banjir kiriman,” imbuhnya.

Walaupun belum dikelola, namun Rozi mengingatkan untuk tidak bermalam atau mendirikan tenda di area air terjun, karena risikonya besar jika ada banjir kiriman. Pun dia khawatir dengan binatang buas yang mengancam seperti ular dan beruang.

“Kalau mau minep (nenda) saya sarankan di kebun-kebun warga paling, jangan ada yang deket air terjun ini,” serunya.

Menurunya walau tingginya hanya 10 meter namun wisatawan dapat menikmati segarnya mandi di lubuk (bawah air terjun) yang lebar dan aman untuk berenang.

“Kelebihan di sini bisa mandi di sini nih, karna lubuk atau kedungannya itu lebar gitu,” jelas Rozi.

BACA JUGA :  Inggris Tanam Padang Lamun untuk Perangi Perubahan Iklim

Satu lagi yang menarik, di area Air Tejun Lubuk Lau dan sepanjang sungai masih banyak hidup berbagai macam jenis ikan. Bagi wisatawan yang memiliki kegemaran memancing bisa membawa pancing jika berkunjung ke air terjun ini.

“Banyak juga ikannya di sini, misalnya kawan-kawan kalau mau mancing boleh di sini. Jenis ikannya ada sidat, ikan cengkak,” pungkasnya.***