KRAKATOA.ID, PESAWARAN — Sebanyak 20 kepala keluarga (KK) di sebuah permukiman warga yang berada tengah hutan Pesawaran memenuhi kebutuhan energi listriknya secara mandiri.
Lokasi permukiman warga tersebut tepatnya berada di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Secara administrasi wilayah ini masuk Desa Way Sabu, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Adalah Pujianto sebagai penggagas memanfaatkan mata air panas untuk sumber energi listrik. Kebetulan sumber mata iar panas mengalir di kebun yang digarapnya sejak tahun 2011 silam.
Pak To begitu Pujianto dikenal menjelaskan, beberapa dusun yang berada di tengah hutan tersebut bisa dikatakan terisolir, belum lagi akses jalan yang sulit serta berada di hutan kawasan.
Pak To dan warga lain di sana sangat sadar jika akses energi listrik dari PLN akan sangat sulit masuk. Maka Pak To berinisiatif untuk memanfaatkan mata air panas sebagai sumber energi listrik.
Dan hasil buah tangannya sebanyak tiga dusun dapat menikmati sumber energi listrik untuk keperluan sehari-hari.
“Ini dari awalanya memang mau saya bikin penerangan untuk tiga talang (dusun), yang terutama Talang Tengah, yang kedua Talang Prigi, terus yang ketiga Gunung Batu, untuk 20 kepala keluarga,” ungkap Pak To kepada Krakatoa.id, Sabtu (12/8/2023).
Pak To mengaku memiliki pengalaman serupa memanfaatkan sumber daya alam dijadikan sebagai sumber energi listrik.
“Kalau ide sih saya sendiri sih, memang saya pernah bikin di mana-mana waktu itu sebelum bikin di sini, memang saya pernah bikin sendiri di daerah Gunung Tanggang, di daerah Gunung Betung, memang saya pernah bikin,” jelasnya.
Pak To menyampaikan pertama kali memanfaatkan sumber daya alam berupa aliran sungai alami untuk membangkitkan listrik.
“Awal turbin ini dulunya dari daerah Sinar Tiga. Sinar Tiga sudah masuk PLN, berhubung saya ingin buka di sini, langsung saya bawa ke sini gitu,” papar Pak To.
Awal mula pada tahun 2013 Pak To mengupayakan sendiri untuk pengadaan komponen yang dibutuhkan untuk memanfaatkan sumber mata air panas menjadi sumber energi listrik. Karena banyak warga lain di sana yang meminta akhirnya untuk pengadaan komponen yang dibutuhkan dilakukan secara gotong-royong.
“Masalah komponennya sih, kita bikin turbin, lalu untuk masalah api atau penerangan kita tinggal beli dinamo saja. Dulu pengadaan ini awalnya saya pribadi terus berhubung di sini karena beli dinamo yang gede saya gak mampu, kemudian swadaya untuk 10 kk tadi,” jelasnya.
Pak To dan mengungkapkan selama ini tidak memiliki kendala untuk turbin memanfaatkan mata air panas sebagai sumber energi listrik.
“Tidak ada kendala. Kami merasa terbantu sekali dengan sumber air panas di sini,” kata dia.
Menurut Pak To selama ini mata air panas yang berada di area kebunnya hanya dimanfaatkan untuk sember penerangan saja.
“Air panas di sini belum dimanfaatkan untuk keperluan lain, hanya digunakan untuk penerangan,” pungkasnya.***