Catatan Pengalaman Reflektif Menilik Sekolah Terpencil di Pedalaman Pulau Sumba

Oleh : F. Joko Winarno (Kepala SMA Xaverius Bandar Lampung)

KRAKATOA.ID — Perjalanan ke Pulau Sumba NTT yang difasilitasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta dalam kegiatan Educational Inspiration Trip UPH 2023 memberikan pengalaman reflektif yang dalam. Wilayah Sumba yang dikenal dengan keindahan alamnya dengan adat budaya yang sangat khas mestinya bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke pulau ini.

Perjalanan ke Pulau Sumba melalui Bandar Udara Tambolaka Sumba Barat Daya hingga Sumba Timur dapat ditempuh dengan jalan darat dengan waktu kurang lebih 4 jam perjalanan melalui panorama alam yang indah.

SMA Kristen Ede di Desa Denduka, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Salah satu kunjungan rombongan kami adalah ke SMA Kristen Ede di Desa Denduka, Kabupaten Sumba Barat Daya memberikan kesan tersendiri.Jalan yang belum di aspal dengan kondisi rusak di beberapa tempat adalah satu satunya pilihan untuk sampai ke sekolah tersebut.

Tiba di SMA Kristen Ede dengan sambutan tari tradisional Sumba oleh para siswa setempat menunjukkan betapa mereka dengan antusias menerima kehadiran kami dengan penuh rasa hormat.

Para siwa-siswi SMA Kristen Ede dengan sarana dan prasarana seadanya saat tengah mengikuti proses belajar mengajar.

Kepala Sekolah beserta seluruh SDM yang ada menyambut kehadiran kami dengan sangat baik.

Kepala SMA Kristen Ede dalam sambutannya mengatakan bahwa sekolah ini berdiri pada tahun 2022 dengan jumlah siswa 44 dan sudah mendapatkan izin operasional dari pemerintah.
Ruang belajar di sekolah ini dibuat dengan sangat sederhana dengan dinding kayu dan bambu, alas tanah batu kapur, meja kursi yang masih menyambung .

Terlihat satu meja dan satu kursi diisi oleh 3-4 siswa dengan papan tulis yang sangat kecil.

Siswa di SMA Kristen Ede tidak mempunyai buku pelajaran, guru yang mencarikan materi pembelajaran melalui media sosial untuk diberikan ke para siswa. Kondisi yang seperti ini tidak menyurutkan semangat pelayanan dan belajar para siswa.

BACA JUGA :  Langkah Inspiratif F. Joko Winarno: 30 Tahun Mengabdi di SMA Xaverius Bandar Lampung

Tidak sedikit siswa yang harus berangkat ke sekolah pada pagi hari subuh karena harus jalan kaki dengan jarak yang cukup jauh.

Kondisi bangunan yang sudah tidak layak di SMA Kristen Ede yang berada di Desa Denduka, Kabupaten Sumba Barat Daya.

“Tidak pernah ada siswa maupun guru yang datang terlambat ke sekolah yang mulai efektif belajar jam 07.00 WITA,” kata Kepala SMA Kristen Ede, Yohanis Ngara.

Para guru dengan penuh dedikasi memberikan dirinya untuk pelayanan di dunia pendidikan demi masa depan anak-anak bangsa, meski tanpa gaji. Hanya dengan istilah uang sabun, para guru menerima Rp200.000 per bulan.

Wajah-wajah tulus dalam pengabdian tanpa tuntutan materi menjadikan kami satu rombongan yang melihat langsung kondisi kesejahteraan, sarana maupun prasarana sekolah melakukan refleksi : “Mereka para guru di sana sungguh menjadi pendidik yang mendidik dengan hati.”

Atribut pahlawan tanpa tanda jasa yang disematkan ke para guru (kami) sungguhkah benar-benar tanpa tanda jasa?***