KRAKATOA.ID, ZIMBABWE — Setidaknya 100 gajah telah mati di taman nasional terbesar Zimbabwe karena sumber-sumber air mengering, kata kelompok kesejahteraan satwa internasional pada Senin.
Dana Internasional untuk Kesejahteraan Satwa (IFAW) mengatakan bahwa musim kering yang lebih panjang telah mengurangi sumber air yang dulu berlimpah menjadi genangan lumpur saja, di Taman Nasional Hwange.
“Sekurangnya 100 gajah sudah dilaporkan mati karena kekurangan air,” kata organisasi ini dalam sebuah pernyataan. Hwange mencakup kawasan lebih dari 14.600 kilometer persegi dan menjadi rumah bagi sekitar 45 ribu gajah.
“Meskipun memiliki 104 sumur bor bertenaga surya, ototitas taman nasional mengatakan bahwa itu tidak cukup dan tidak sepadan dengan suhu ekstrim yang telah membuat sumur-sumur yang ada menjadi kering, memaksa satwa liar untuk berjalan jauh mencari makanan dan air,” tambah mereka.
Pada September, otoritas pengelolaan taman dan satwa liar Zimbabwe melaporkan banyak satwa yang berpindah dari taman nasional ke negara tetangga Botswana untuk mencari air dan makanan.
“Kematian satwa yang sebenarnya dapat dicegah, harus dilihat sebagai tanda-tanda tantangan yang mendalam dan kompleks yang berdampak pada konservasi sumber daya alam di kawasan ini, yang diperparah dengan perubahan iklim,”kata pakar dari IFAW, Phillip Kuvawoga.
Pada 2018, lebih dari 200 gajah mati di negara-negara kawasan selatan Afrika, menurut IFAW, yang mengatakan bahwa fenomena ini terus berulang.
Zimbabwe memiliki lebih dari 100 ribu gajah, yang merupakan populasi gajah terbesar kedua di dunia dan hampir dua kali lipat dari kapasitas taman nasional di negara itu, kata ahli konservasi. Panel antarpemerintah dalam isu perubahan iklim telah mengklasifikasikan kawasan Afrika selatan sebagai wilayah dalam risiko, menghadapi peningkatan kemungkinan suhu panas ekstrem dan berkurangnya curah hujan karena dampak perubahan iklim. [ns/lt]