KRAKATOA.ID, BANDAR LAMPUNG — Kunjungan Women’s International Club (WIC) ke Provinsi Lampung, Sabtu (24/5/2025), membuka babak baru dalam diplomasi budaya yang digerakkan oleh perempuan, dengan menjadikan kreativitas lokal sebagai jembatan ekonomi dan kerja sama global.
Disambut hangat oleh Pj. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, M. Firsada, mewakili Gubernur Rahmat Mirzani Djausal, serta Ketua Dekranasda Lampung Purnama Wulan Sari Mirza, kunjungan ini tidak sekadar seremonial kehormatan. Di balik pertemuan resmi, tersimpan pesan strategis: penguatan diplomasi perempuan berbasis budaya lokal dan pemberdayaan ekonomi kreatif sebagai kekuatan Lampung menuju pasar dunia.
“Kolaborasi ini bukan hanya soal kunjungan. Ini adalah jendela yang membuka peluang bagi kerajinan, busana, dan kuliner Lampung untuk dikenal secara global melalui jejaring WIC,” kata Firsada.
Dalam pertemuan yang dihelat di Mahan Agung, Rumah Dinas Gubernur Lampung, delegasi WIC yang dipimpin oleh Ketua Pengurus WIC Jakarta Nazneen H. Khubchandani, dibuat terkesima oleh ragam karya dan potensi daerah yang ditampilkan.
Nazneen secara khusus mengapresiasi keterlibatan aktif para perempuan Lampung dalam mendukung pameran budaya dan Bazar Internasional WIC. “Kami melihat semangat, ketekunan, dan detail luar biasa dalam karya mereka. Ini bukan sekadar kerajinan, tapi narasi budaya yang hidup dan layak diperkenalkan ke dunia,” ungkapnya.
Kunjungan ini menjadi panggung diplomasi budaya melalui kain Tapis, Sulam Usus, Batik Lampung, hingga kerajinan Maduaro dari benang perak. Produk-produk tersebut tidak hanya menyuarakan identitas Lampung, tapi juga merepresentasikan peran perempuan dalam rantai ekonomi kreatif — dari produksi, desain, hingga promosi.
Ketua Dekranasda Lampung, Purnama Wulan Sari Mirza, menegaskan bahwa produk lokal memiliki nilai ekspor tinggi bila dikemas dengan strategi yang tepat dan jejaring internasional. “Kami ingin perempuan-perempuan Lampung tidak hanya berkarya, tetapi juga berbisnis dan menembus pasar global,” ujarnya.
Tak hanya memamerkan budaya, Pemerintah Provinsi Lampung mendorong kolaborasi konkret dengan WIC dalam bentuk pelatihan digitalisasi usaha, pemanfaatan teknologi, hingga pengembangan akses pasar untuk UMKM perempuan. Pemerintah menyelaraskan upaya ini dengan prioritas nasional dalam Asta Cita, terutama penguatan literasi digital dan kewirausahaan perempuan.
“Ini bukan hanya tentang pariwisata atau kerajinan. Ini tentang memberdayakan perempuan sebagai pilar ekonomi lokal dengan cara yang berkelanjutan,” tambah Firsada.
Kunjungan WIC membuktikan bahwa diplomasi antarbangsa tidak harus lewat forum besar atau politik tinggi. Perempuan, lewat budaya, kerajinan, dan kuliner, bisa menjadi diplomat paling efektif dalam membangun jembatan antarnegara.
“Setiap benang yang dijahit, setiap makanan yang disajikan, adalah cerita. Dan perempuan adalah penjaga cerita itu. Kami ingin membawa cerita Lampung ke panggung dunia,” tutup Nazneen.***






