Unila Perkuat Komitmen Inklusivitas dalam UTBK-SNBT 2025: Fasilitas Ramah Disabilitas Jadi Sorotan

KRAKATOA.ID, BANDAR LAMPUNG – Universitas Lampung (Unila) kembali menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan pendidikan tinggi yang inklusif dan berkeadilan. Sebagai tuan rumah penyelenggaraan Ujian Tertulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) tahun 2025, Unila tidak hanya menyiapkan sarana dan prasarana untuk ribuan peserta, tetapi juga memberi perhatian khusus bagi peserta disabilitas.

Tahun ini, dari total 18.767 peserta yang terdaftar mengikuti ujian di Unila, terdapat delapan peserta berkebutuhan khusus: lima penyandang tunadaksa, dua tunarungu, dan satu tunawicara. Dalam menyambut kehadiran mereka, Unila menyediakan ruang khusus yang dilengkapi fasilitas pendukung sesuai kebutuhan masing-masing.

“Fasilitas kami siapkan dengan sangat serius. Komputer dengan pengaturan khusus, headset untuk tunarungu, serta pendampingan personal bagi setiap peserta disabilitas telah disiapkan agar mereka dapat mengikuti UTBK dengan nyaman dan adil,” ungkap Koordinator Humas PMB Unila, Muhamad Komarudin, S.T., M.T.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Unila dalam mewujudkan prinsip PMB Proaktif—Profesional, Akuntabel, Transparan, dan Informatif—yang tidak hanya dijalankan secara administratif, namun juga menyentuh sisi humanis dalam pelaksanaan seleksi masuk perguruan tinggi negeri.

Pelaksanaan UTBK-SNBT di Unila tahun ini hanya dilakukan dalam satu gelombang, yakni pada 23 April hingga 3 Mei 2025. Sebanyak 36 lokasi ujian telah dipersiapkan, tersebar di berbagai fakultas dan unit teknologi informasi Unila, termasuk lokasi baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Untuk memastikan kelancaran dan keamanan ujian, Unila mengerahkan 480 pengawas yang terdiri dari dosen dan tenaga kependidikan, serta 80 penanggung jawab lokasi. Disiapkan pula fasilitas darurat berupa satu unit ambulans dan tim medis.

“Komitmen kami bukan hanya soal teknis ujian, tetapi juga bagaimana semua peserta merasa dihargai dan memiliki akses yang sama. Itu bagian dari misi kami sebagai institusi pendidikan tinggi,” tambah Komarudin.

BACA JUGA :  Unila Bahas Renstra Operasional RSPTN, Rapat Dipimpin Rektor dan Diikuti Secara Hybrid

Dengan semakin kuatnya perhatian terhadap kelompok disabilitas, Unila menegaskan bahwa pendidikan adalah hak semua warga negara tanpa kecuali. Inisiatif ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi perguruan tinggi lain dalam menciptakan sistem seleksi masuk yang inklusif dan berorientasi pada kesetaraan.***