Mgr. Yohanes Harun Yuwono Tekankan Empat Prioritas Gereja Katolik di Pertemuan Komisi Kerawam Regio Sumatera 2025

KRAKATOA.ID, BANDAR LAMPUNG -— Uskup Agung Keuskupan Palembang yang juga Ketua Komisi Kerawam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Yohanes Harun Yuwono, memberikan paparan berjudul “Visi dan Dinamika Kerawam KWI Regio Sumatera” pada Pertemuan Komisi Kerawam Regio Sumatera Tahun 2025. Acara ini digelar di Susteran CB Matow Way Hurik, Jalan Ratu Dibalau No. 76, Tanjung Senang, Kedaton, Bandar Lampung, Rabu (29/10/2025).

Dalam pemaparannya, Mgr. Harun menekankan pentingnya pengembangan potensi umat Katolik agar dapat berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia mengajak seluruh umat untuk menemukan dan mengorbitkan talenta-talenta unggul di berbagai bidang, bukan hanya dalam dunia politik, tetapi juga di bidang pendidikan, seni, dan sosial.

“Kita berharap bisa mengorbitkan umat Katolik yang mempunyai talenta untuk pembangunan berbangsa dan bernegara. Talenta unggul bukan hanya soal dinamika politik saja, melainkan soal apa saja. Jika ada anak-anak bertalenta namun terhalang karena keterbatasan orang tua, baiklah kita bantu. Barangkali kerasulan kita bukan hanya menemukan bakat anak, melainkan juga membujuk orang tuanya agar membiarkan anaknya berkembang sesuai bakat mereka,” ujar Mgr. Harun.

Dalam paparannya, Uskup Agung Palembang itu menguraikan empat prioritas utama yang menjadi fokus pelayanan Gereja Katolik di wilayah Regio Sumatera, yaitu Kaderisasi, Ekologi, Pastoral Kaum Migran dan Perantau, serta Pastoral Digital.

1. Kaderisasi

Mgr. Harun menegaskan bahwa Gereja Katolik memiliki banyak sarana pembinaan kader, seperti sekolah Katolik, seminari, asrama, panti asuhan, hingga organisasi muda-mudi Katolik. Namun, ia menyoroti perlunya sinergi antara Komisi Kerawam, pastor paroki, yayasan, dan ormas Katolik untuk menemukan serta membina generasi muda berbakat.

“Sekarang mungkin kaderisasi terasa berhenti. Kita perlu bertanya, ke mana minat generasi muda Katolik? Jangan sampai mereka minder atau takut tampil. Anak-anak berbakat ini adalah calon pemimpin bangsa, bukan sekadar fotokopi orang tua,” tegasnya.

BACA JUGA :  Kemensos RI Bangun Gedung Keserasian Sosial di Sidodadi Asri untuk Perkuat Persatuan Warga

2. Ekologi

Dalam bidang ekologi, Mgr. Harun mengingatkan bahwa pastoral lingkungan bukan sekadar kegiatan simbolis seperti lomba tanam pohon, tetapi merupakan panggilan moral untuk menyelamatkan bumi dan memulihkan martabat kemanusiaan.

“Kita menyehatkan bumi agar kemanusiaan semakin bermartabat. Jangan menjadi saudara yang durhaka terhadap bumi,” ujarnya.

Beliau mendorong agar setiap individu bertanggung jawab mengelola sampahnya sendiri, mengurangi penggunaan plastik, serta mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan di sekolah, rumah sakit, dan komunitas.

3. Pastoral Kaum Migran dan Perantau (Human Trafficking)

Mgr. Harun menyoroti masih banyaknya praktik perdagangan manusia, terutama yang menimpa perempuan Katolik. Ia menekankan perlunya keterlibatan Gereja dalam pemberdayaan ekonomi umat, menciptakan lapangan kerja, serta memberikan edukasi hukum bagi masyarakat.

“Gereja tidak boleh diam. Gereja harus melindungi korban dan mendorong sistem penyaluran tenaga kerja yang legal agar tidak ada lagi perbudakan modern,” tegasnya.

4. Pastoral Digital

Dalam konteks dunia digital, Mgr. Harun mengingatkan umat agar bijak menggunakan teknologi. Ia menilai bahwa dunia maya saat ini sering disalahgunakan dan justru menjadi sarana penyimpangan nilai.

“Gereja harus eksis di dunia digital untuk mewartakan kabar gembira. Komsos hendaknya aktif melatih Komsos Paroki agar umat bijak bermedia. Ingat, jejak digital itu tidak bisa dihapus,” katanya.

Selain empat prioritas utama tersebut, Mgr. Harun juga mengajak peserta pertemuan untuk merenungkan dokumen Dilexit Te (“Aku Telah Mengasihi Engkau”) yang diterbitkan oleh Paus Leo XIV pada 9 Oktober 2025. Dokumen tersebut menegaskan kembali ajaran sosial Gereja tentang kasih dan kepedulian terhadap kaum miskin.

“Tuhan telah mencintai kita dengan menjadi manusia, dalam arti kita pun adalah orang yang ‘miskin’. Karena itu, kita harus meneladani Dia dengan mencintai mereka yang terpinggirkan dan membutuhkan,” pungkasnya.***

BACA JUGA :  SMA Xaverius Bandar Lampung Meraih Juara 3 pada Spectacular Penabur Food Fest

Penulis : Sr. Fransiska FSGM/Robertus Bejo