KRAKATOA.ID, LAMPUNG TENGAH — Di tengah maraknya penggunaan ponsel oleh anak-anak usia dini, yang seringkali berdampak pada fokus dan perkembangan motorik mereka, program Sensory Play yang digagas oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) telah menjadi angin segar bagi perkembangan anak-anak di Desa Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah.
Melalui program ini, anak-anak usia sekolah dasar di SDN 02 Payung Batu dilatih untuk mengasah kreativitas, fokus, serta keterampilan motorik mereka lewat serangkaian aktivitas menyenangkan yang melibatkan pancaindra.
“Kami ingin memberikan alternatif yang lebih bermanfaat dibandingkan penggunaan gadget yang berlebihan. Sensory Play membantu anak-anak untuk lebih fokus dan melibatkan seluruh indera mereka dalam kegiatan yang juga ramah lingkungan,” ujar Rifka Aisy Mariska, Penanggung Jawab Program, Minggu (26/1/2025).
Program yang berlangsung setiap minggu sejak pertengahan Januari ini telah menarik perhatian banyak pihak. Pada sesi pertama yang diadakan pada Kamis, 16 Januari 2025, untuk kelas 2, anak-anak diajak membuat karya seni menggunakan bahan daur ulang seperti kardus dan kertas bekas. Salah satu kegiatan favorit adalah membuat “kaktus dari kardus,” di mana anak-anak menggunting dan menempelkan daun kaktus dari potongan tangan mereka. Dengan durasi 30 menit per sesi, aktivitas ini berhasil menyatukan unsur pembelajaran dan hiburan yang bermanfaat bagi perkembangan mereka.
Tidak hanya anak-anak yang merasakan dampaknya. Orang tua dan guru-guru di sekolah juga memberikan respon positif terhadap program ini. Banyak orang tua yang merasa khawatir dengan pengaruh gadget terhadap anak-anak mereka, namun dengan adanya Sensory Play, mereka merasa lebih tenang melihat anak-anak terlibat dalam kegiatan yang memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal kreatif.
“Program ini benar-benar membantu anak-anak untuk lebih fokus dan semangat belajar,” ujar salah satu orang tua murid.
Para guru juga merasa terinspirasi untuk menerapkan metode ini dalam pembelajaran sehari-hari.
“Siswa menjadi lebih aktif dan antusias. Kami berharap ini bisa berlanjut di masa depan,” ungkap salah satu guru di SDN 02 Payung Batu.
Program ini tidak hanya berfokus pada keterampilan motorik, tetapi juga pada pentingnya interaksi sosial dan kerja sama antar anak-anak. Dengan permainan seperti “Clap Your Hand,” anak-anak diajak untuk lebih berinteraksi dan mendalami konsep pembelajaran dengan cara yang lebih menyenangkan.
Walaupun hasil yang diharapkan tidak dapat terlihat secara instan, mahasiswa KKN merasa bangga melihat perubahan positif yang terjadi pada anak-anak, seperti peningkatan fokus saat belajar. “Melihat anak-anak tersenyum dan terlibat dalam kegiatan adalah pengalaman yang paling memuaskan bagi kami,” tambah Rifka.
Program Sensory Play ini tidak hanya memberi manfaat langsung kepada anak-anak, tetapi juga mengingatkan kita tentang pentingnya peran orang dewasa dalam memberikan alternatif positif yang bisa mendukung tumbuh kembang anak di tengah tantangan era digital yang semakin maju.***