KRAKATOA.ID, BANDAR LAMPUNG — Lebih dari sekadar festival tahunan, Krakatau Festival ke-34 dan ajang Krakatau Run 2025 menegaskan bagaimana generasi muda dan komunitas lokal mampu menjadi motor penggerak utama dalam memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif Provinsi Lampung.
Dengan tagline “Lari dan Berwisata”, Krakatau Run tak hanya mengundang ribuan pelari dari berbagai kota, tetapi juga memberi ruang bagi keterlibatan komunitas olahraga, UMKM milenial, dan pegiat digital kreatif untuk menunjukkan peran nyata dalam membangun daerah melalui aktivitas yang dekat dengan gaya hidup anak muda masa kini.
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, yang ikut melepas sekaligus berlari bersama masyarakat, menyampaikan bahwa kehadiran anak muda sangat penting. “Mereka tidak hanya datang sebagai peserta, tapi juga sebagai pelaku perubahan. Festival ini adalah ruang kolaboratif bagi kreativitas generasi sekarang,” ujarnya.
Salah satu highlight festival adalah Festival Kanik’an, ajang kuliner yang dihidupkan bukan hanya oleh pelaku usaha konvensional, tapi juga oleh komunitas muda, food blogger, dan kreator konten lokal yang menyajikan cerita dan rasa lewat media sosial.
Tak hanya menjajakan makanan khas seperti seruit, tempoyak, dan sambal asam, stan kuliner juga dikemas dengan visual menarik, branding modern, dan konsep “street food lokal” yang mampu menarik perhatian pengunjung generasi Z dan milenial.
Festival ini memperlihatkan bahwa kolaborasi antara tradisi dan inovasi adalah kunci agar budaya lokal tetap relevan di tengah zaman digital.
Gelaran Pasar Pariwisata dan Produk Ekonomi Kreatif pun menjadi ajang unjuk gigi UMKM Lampung yang banyak digawangi anak-anak muda. Mulai dari produk kriya berbasis budaya lokal, busana etnik modern, hingga produk-produk ramah lingkungan menjadi bukti bahwa potensi lokal dapat tampil kompetitif di pasar yang lebih luas.
Tak sedikit dari mereka adalah wirausaha muda yang memulai usaha dari komunitas atau program inkubasi lokal. Festival ini menjadi panggung mereka untuk naik kelas, bertemu pembeli potensial, hingga berjejaring dengan mitra bisnis lintas sektor.
Krakatau Festival 2025 menjadi simbol transformasi pendekatan pariwisata yang lebih inklusif dan partisipatif, di mana pemerintah tak hanya berperan sebagai fasilitator, tetapi komunitas dan anak muda didorong menjadi pelaku utama.
Dengan pendekatan kolaboratif ini, Lampung bukan hanya menjual destinasi, tapi membangun ekosistem yang menghubungkan budaya, kreativitas, dan ekonomi kerakyatan dalam satu perayaan besar. Inilah wajah baru Lampung — dinamis, kreatif, dan digerakkan oleh warganya sendiri.***

																						




