Unila dan KPP Satukan Kekuatan Literasi dan Sinema untuk Cegah Radikalisme di Kalangan Mahasiswa

KRAKATOA.ID, BANDAR LAMPUNG -– Universitas Lampung (Unila) menegaskan perannya sebagai benteng intelektual dalam menghadapi ancaman radikalisme dan intoleransi. Hal ini ditandai dengan penandatanganan dokumen kerja sama Implementation Arrangement (IA) antara Unila dan Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP), Kamis (24/4), yang bertempat di Aula Dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Kolaborasi strategis ini menjadi wujud konkret keterlibatan kampus dalam merespons isu-isu global yang merambat hingga ke tataran lokal. Dalam perjanjian tersebut, kedua belah pihak sepakat menggelar berbagai kegiatan edukatif, seperti diskusi buku dan pemutaran film bertema perdamaian, yang dirancang untuk membangun kesadaran kritis mahasiswa terhadap bahaya ekstremisme dan konflik ideologi.

“Kerja sama ini bukan sekadar formalitas dokumen. Kami ingin hadir dalam substansi pencegahan radikalisme melalui pendekatan kultural, intelektual, dan empatik,” ujar Prof. Dr. Sunyono, M.Si, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unila.

Melalui roadshow buku “Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah” dan pemutaran film “Road to Resilience”, kerja sama ini mengangkat pendekatan baru dalam kontra-radikalisasi. Alih-alih menampilkan narasi kekerasan secara hitam-putih, karya-karya tersebut membedah akar konflik dan menyoroti sisi kemanusiaan dari para pelaku dan korban konflik.

Direktur KPP, Dr. Noor Huda Ismail, menekankan bahwa kolaborasi dengan akademisi sangat penting untuk membangun narasi alternatif yang lebih inklusif dan mencerahkan.

“Konsep glokalisasi mengajarkan kita bahwa radikalisme bisa lahir dari ketidakpahaman terhadap isu global yang mengendap dalam konteks lokal. Kampus seperti Unila memiliki peran strategis sebagai penyeimbang narasi itu,” jelas Huda, mantan jurnalis yang kini aktif dalam program deradikalisasi berbasis komunitas.

Kerja sama ini sejalan dengan arah kebijakan nasional dalam mendorong pendidikan tinggi menjadi pusat literasi damai. Dengan potensi sumber daya manusia yang dimiliki, Unila berkomitmen menjadi bagian dari ekosistem yang mampu mendeteksi dan mencegah penyebaran ideologi radikal sejak dini, terutama di kalangan mahasiswa.

BACA JUGA :  Unila Berpartisipasi dalam IMT-GT 2023 di Lampung

“Unila tidak hanya mencetak lulusan, tapi juga mencetak agen perubahan yang kritis dan cinta damai,” ujar Prof. Sunyono menutup sesi penandatanganan yang ditutup dengan foto bersama para pihak.***