KRAKATOA.ID, BANDARLAMPUNG — Pentas Teater dengan judul Sollicitudo et Metus (Sebuah Reiterasi) berhasil membuat takjub ratusan penonton pada puncak acara Peringatan Kemandirian Yayasan Xaverius Tanjungkarang Ke-40, 2 Februari 2024. Tidak jarang penonton yang menangis saat menyaksikannya.
Pentas teater yang diperankan oleh guru dan karyawan Xaverius Kompleks Pahoman Bandarlampung ini disutradarai oleh Silvia Damayanti dan Luh Putu Indung Saci.
Silvia Damayanti yang juga sebagai penulis naskah pada teater ini menjelaskan bahwa Sollicitudo et Metus didasari oleh semangat perjuangan para perintis (Pengelola Yayasan Xaverius Tanjungkarang).
“Dalam hal ini penulis cerita mengerucutkan ide cerita pada Yayasan Xaverius Tanjungkarang. Harapan awal untuk menjadi lebih besar diteruskan secara estafet kepada para penerusnya. Yayasan ini sekarang telah menjadi besar dan memiliki taring yang tajam dalam dunia pendidikan. Para penerus wajib membawa tongkat estafet dari para perintisnya,” jelas Sildam begitu Silvia Damayanti akrab disapa saat berbincang dengan Krakatoa.id di Bandarlampung, Jumat (16/2/2024).
“Namun dalam perjalanan panjang pasti ada hantaman-hantaman, baik di dalam unit-unitnya, maupun dari luar. Para penerus yang terdiri atas generasi terdahulu dan generasi masa kini (muda), pasti dipertemukan dengan perbedaan-perbedaan pendapat, bahkan pandangan. Meski inti tujuan dari perjalanan tersebut adalah sama, kedua generasi ini akan menghadapi beragam kesulitan dalam perjuangannya mempertahankan nama Yayasan.”
Menurut Sildam, tokoh-tokoh dalam cerita ini menampilkan wujud dari warisan itu sebenarnya apa. Generasi terdahulu mulanya tidak yakin dan khawatir, bahkan takut jika perjuangan para perintis tidak dapat diteruskan dengan baik.
“Namun, dengan ketegaran dan perwujudan perjuangan dari para generasi muda, generasi ini mampu menunjukkan bahwa mereka pantas membawa warisan yang berupa perjuangan itu sendiri hingga akhirnya, generasi terdahulu mengikhlaskan perjuangan di pundak generasi muda. Untuk itulah, warisan yang dimaksud adalah mereka itu sendiri, warisan itu adalah perjuangan itu sendiri,” tandasnya.***
Penulis : F. Joko Winarno