Kelompok Tani Cipta Karya: Menyongsong Masa Depan Pertanian Keluarga di Kabupaten Tanggamus

KRAKATOA.ID, TANGGAMUS –– Di sebuah desa kecil di Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Kelompok Tani Cipta Karya telah menjadi contoh sukses dari program Pertanian Keluarga yang digulirkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DKPTPH).

Dalam wawancara eksklusif dengan Krakatoa.id pada 17 Mei 2023 lalu, Widianto, Ketua Kelompok Tani Cipta Karya, memaparkan bagaimana program ini telah mengubah kehidupan mereka dan tantangan yang masih mereka hadapi.

Keuntungan Program Pertanian Keluarga

Program Pertanian Keluarga dimulai pada tahun 2021 dengan bantuan dana sebesar Rp150 juta dari pemerintah. Dari total dana tersebut, 70 persen dialokasikan untuk pengembangan peternakan dan 30 persen untuk sektor sayur mayur. Widianto menjelaskan bahwa kelompoknya memanfaatkan dana tersebut untuk dua komoditas utama: kubis dan cabe. “Kami mengembangkan kubis di lahan seluas 3 hektar dan cabe 3 hektar,” ungkap Widianto.

Di sektor peternakan, kelompok tani ini menerima 23 ekor kambing PE, terdiri dari 21 betina dan 2 pejantan. Widianto melanjutkan, “Saat ini, dari indukan kambing kami, kami memiliki 25 ekor anak kambing yang sudah dijual dengan total pendapatan sekitar Rp40 juta. Setelah dibagi dengan perawat, kami mendapatkan pemasukan bersih sekitar Rp20 juta, yang kami gunakan untuk membangun kandang baru yang lebih layak.”

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan

Program ini tidak hanya meningkatkan pendapatan kelompok tani tetapi juga memberikan manfaat lingkungan. Widianto menjelaskan, “Dengan adanya ternak, kami dapat memproduksi kompos dari kotoran kambing, yang mengurangi ketergantungan kami pada pupuk kimia. Kompos ini kami jual seharga Rp25 ribu per karung, dan selama hampir dua tahun, kami telah memproduksi lebih dari 100 karung.”

BACA JUGA :  Rakor Penyuluhan Pertanian Se-Provinsi Lampung 2024: Memperkuat Peran Penyuluh untuk Ketahanan Pangan

Kompos ini, selain mengurangi biaya operasional, juga memberikan sumber pendapatan tambahan bagi kelompok. Widianto menambahkan, “Kami sudah menjual kompos lebih dari 100 karung. Ini membantu mengurangi biaya dan menambah pendapatan kami.”

Tantangan yang Dihadapi

Namun, perjalanan sukses ini tidak tanpa tantangan. Salah satu masalah utama adalah kekurangan susu dari indukan kambing, yang menghambat pertumbuhan anak kambing. Widianto mencatat, “Kami sering mengalami kekurangan susu dari indukan. Hal ini menyebabkan anak kambing tumbuh lebih lambat.”

Selain itu, kelompok tani ini juga menghadapi tantangan dalam pengolahan pakan. “Kami sangat membutuhkan mesin chopper untuk meningkatkan efisiensi pakan. Mesin pencepit juga sangat diperlukan untuk memperbaiki proses kawin kambing pejantan, sehingga kami tidak perlu bekerja terlalu keras,” kata Widianto.

Apresiasi dan Harapan

Widianto mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan pihak terkait. “Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi Lampung, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tanggamus, dan semua pihak yang telah mendukung kami. Program ini telah memberikan dampak positif bagi kelompok kami. Kami berharap agar program ini terus berjalan dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga kami,” ujarnya.

Dengan semangat dan dukungan yang diberikan, Kelompok Tani Cipta Karya diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi contoh bagi kelompok tani lainnya di wilayah tersebut. Keberhasilan mereka dalam mengelola program Pertanian Keluarga menunjukkan bahwa dengan bantuan yang tepat dan kerja keras, transformasi pertanian keluarga dapat membawa perubahan signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.***