KRAKATOA.ID, BANDARLAMPUNG — Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan Seminar Nasional Teknologi, Akuntansi, Bisnis, dan Ekonomi dan Komunitas (STABEK) ke-7, Kamis, 10 Agustus 2023.
Kegiatan ini berlangsung secara hybrid di Aula Students Center FEB Unila dengan tema “Tantangan Ekonomi Global bagi Indonesia: Pemerataan Pembangunan untuk Kesejahteraan yang Berkelanjutan”.
Kegiatan dibuka secara daring oleh Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., I.P.M., Asean Eng. Seminar ini diikuti 91 peserta dari seluruh Indonesia, termasuk 21 perguruan tinggi tamu dan delegasi dari dalam Unila.
Dekan FEB Unila Prof. Nairobi, S.E., M.Si., menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan pemikiran dan gambaran dalam meningkatkan kualitas produktivitas di berbagai bidang.
Dalam penyampaian materinya, Prof. Nairobi juga menguraikan, produktivitas tenaga kerja Indonesia pada tahun 2022 hanya senilai 13,1 dolar per jam. Ia juga mengutip indeks pembangunan manusia Indonesia pada tahun yang sama, yang hanya mencapai 72,9, dibandingkan dengan Swiss (96,2) dan Australia (95,1).
“Jadi kita sudah mencapai tingkat yang tinggi, tetapi masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara yang telah bersaing di tingkat global,” simpulnya.
Dalam momen ini, ia mengajak semua kalangan untuk cepat meningkatkan pengetahuan, wawasan, kreativitas, serta produktivitas yang berkualitas, dengan menghadirkan pembicara kunci dan narasumber yang kompeten di bidang ini.
Ia berharap para dosen, praktisi, dan mahasiswa melalui seminar ini dapat menerbitkan sejumlah artikel di jurnal bermutu, yang diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan kualitas luaran Unila.
Rektor Unila Prof. Lusmeilia mengungkapkan, seminar nasional ini merupakan platform untuk para dosen dan praktisi mempresentasikan hasil karya mereka, yang akan berkontribusi pada kemajuan Indonesia.
Ia menyatakan, momentum Indonesia yang telah mampu ke luar dari masalah ekonomi dan sosial yang diakibatkan pandemi dapat ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan serupa, baik secara langsung maupun daring.
Tujuannya yaitu agar bangsa Indonesia semakin maju, sesuai dengan tema ulang tahun kemerdekaan RI, untuk terus mewujudkan kemajuan Indonesia dalam era globalisasi ini.
Prof. Lusi menyatakan, semakin maju perekonomian Indonesia akan memberikan dampak positif pada pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, untuk mendukung hal tersebut, salah satu faktor penting yakni adanya forum-forum seperti ini yang memungkinkan para akademisi dan pemerintah pusat untuk mendiskusikan isu-isu aktual guna memajukan pembangunan.
“Semoga kegiatan ini mampu memberikan kontribusi besar dalam pembangunan, terutama dalam meningkatkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik,” ujarnya
Kegiatan ini, yang merupakan bagian dari perayaan Dies Natalis ke-58 Unila, menghadirkan pembicara kunci Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., dari Kemenko PMK, serta empat narasumber lainnya.
Mereka antara lain Manager Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat Nasional SDGs Bappenas Setyo Budiantoro, M.A., Kepala Bappeda Lamsel Ir. Aryan Sahurian, Kepala BKKBN Provinsi Lampung dr. Nurizky Permanajati, dan Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Komda Bandarlampung Dr. Teguh Endaryanto.
Prof. Warsito dalam presentasinya menjelaskan tugas Kemenko PMK dalam mengawal penyiapan SDM unggul Indonesia yang berdaya saing.
Hal itu bertujuan untuk menghadapi tantangan global serta mendorong pemerataan pembangunan melalui regulasi seperti pengawalan Perpres tentang LPDP sebagai dana abadi pendidikan yang diatur agar pemanfaatannya lebih difokuskan pada penyiapan SDM unggul.
Selanjutnya, ia juga menyampaikan upaya-upaya dalam pengelolaan perguruan tinggi vokasi di luar Kemendikbud, serta revitalisasi pendidikan dan pelatihan yang berbasis vokasi.
“Kini, penting untuk mengintegrasikan ini dengan dunia usaha dan industri, dan hal ini menjadi rekomendasi kepada Rektor Unila saat saya bertemu dengan beliau beberapa waktu lalu di Bekasi,” pungkasnya.
Selanjutnya, ia merinci strategi nasional dalam kapitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi, yang terdiri dari sembilan strategi di mana salah satunya yakni penyiapan SDM berkualitas di bawah koordinasi Kemenko PMK, Kemenkumham, dan beberapa kementerian teknis lainnya.
“Indikator yang kita harapkan adalah fondasi ini tetap mengakui Indonesia sebagai bangsa yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, sambil menghasilkan SDM yang unggul dan berdaya saing secara bersamaan,” tutupnya.***