Studi Wisata SMA Xaverius Bandarlampung #Part 7 : Salam Canting dari Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta

KRAKATOA.ID, YOGYAKARTA — Salam Canting dari Kampung Batik Giriloyo, salam manis yang disampaikan ketika para siswa studi wisata SMA Xaverius Bandarlampung memasuki pintu masuk Kampung Batik Giriloyo, mereka disambut hangat oleh petugas dan para ibu pembatik. Salam tersebut biasa digunakan bagi siapa pun tamu yang datang ke Kampung Batik Giriloyo, biasanya balasan jawaban yang akan diberikan adalah “Lestari Batik Tulisku”.

Kampung Batik Giriloyo merupakan salah satu destinasi wisata unik yang terletak di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat ini terkenal sebagai sentra produksi batik tulis tradisional yang masih bertahan hingga sekarang. Produk dari Giriloyo sendiri menjadi salah satu batik tulis terbaik di Indonesia karena keindahan dan kualitasnya yang tak tertandingi.

Batik Giriloyo memiliki keunikan tersendiri, terlebih jika dibandingkan dengan batik tulis dari daerah lain. Salah satu ciri khas batik tulis Giriloyo adalah penggunaan warna-warna cerah dan kontras. Proses pewarnaannya juga banyak menggunakan bahan-bahan alami, seperti secang, kunyit, pucuk daun jati, hingga kulit kayu.

Warga Kampung Batik Giriloyo melestarikan batik secara turun temurun sejak abad ke-17. Jadi sejak dari nenek moyang itulah diturunkan sampai ke anak cucu. Batik yang dilestarikan secara turun-temurun membuat Kampung Batik Giriloyo ini sangat terkenal di Jogja. Berdasarkan sejarah yang dipaparkan oleh petugas di sana bahwa bangunan ini terbentuk karena peristiwa gempa yang terjadi pada tahun 2006. Lalu pada tahun 2007 ada pembuatan joglo-joglo (rumah adat Jawa Tengah) dan pada tahun 2008 Kampung Batik Giriloyo resmi beroperasi sebagai destinasi membatik.

“Hari ini kami semua membatik dengan jenis batik tulis, media yang digunakan untuk membatik adalah kain katun (mori) yang beralaskan triplek, sedangkan tintanya terbuat dari malam atau tinta. Tidak ada bahan khusus yang digunakan dalam proses membatik ini. Dalam proses perwarnaannya, batik yang telah ditulis kemudian direndam menggunakan cairan berbahan obat kimia seperti naptol dan cairan garam khusus perwarna sehingga menghasilkan warna pada batik.”, tegas Bu Amiroh salah satu pembatik di Kampung Giriloyo

BACA JUGA :  FH Unila Gelar Semnas Pembaharuan Hukum Keperdataan

Batik-batik yang ditulis sendiri tersebut dijual hanya di dalam galeri Kampung Batik Giriloyo. Namun, ada beberapa orang yang mengambil dari galeri dan memperjualbelikannya di tempat lain, khususnya Yogjakarta.

Di setiap motif batik mengandung makna tersendiri. Makna yang terkandung di dalamnya tergantung dengan motif yang di gambar. Contohnya seperti Sido Asih artinya kasih sayang, Sido Mukti artinya Mukti atau lebih mulia kedepannya, Wahyu Temurun artinya si pengguna mengharapkan adanya Wahyu dari sang Ilahi, dan masih banyak lagi. Intinya di setiap motif batik tersebut selalu mengandung makna dan pesan tersendiri.

Dewi Kristiani, S.Pd., selaku guru pendamping studi wisata SMA Xaverius Bandarlampung kepada Krakatoa.id mengungkapkan bahwa para siswa peserta studi wisata memperoleh banyak wawasan baru tentang membatik.

“Mereka sangat percaya saat ini mengapa harga batik begitu mahal khususnya batik tulis karena proses membatik yang membutuhkan sentuhan hangat dari tangan-tangan terampil yang begitu cepat membentuk pola- pola beragam jenis.”

“Hal ini semakin meyakinkan bahwa batik yang kita pakai adalah bagian dari cinta seorang pembatik yang dengan penuh kesabaran menyatukan pola-pola yang penuh makna dalam kain halus tak bewarna, mereka yang memberi warna kemudian mengkontraskan dengan motif yang dibuat, satu bagian baju adalah setengah dari kehidupan mereka sudah dicurahkan di sana.”

“Kebahagian yang mereka terima adalah ketika kita menghargai karya mereka, maka tetap lestarikan warisan budaya Indonesia,” tutupnya.

Di lereng bukit Giriloyo yang damai dan tenang,
Lahir banyak cerita dalam goresan tiap helai kain,
Jemari tangan-tangan lentik menyulam warna,
Menari-nari di atas lembar putih yang suci bersih.

Kepulan asap malam iringi tiap tarikan tangan pembawa canting,
Dengan suara malam menyatu bersama ketulusan dentingan hati,
Bagai lukisan cinta yang tak pernah pudar oleh moderennya jaman,
Hadirkan motif sebagai perwujudan doa, harapan, dan cinta.

Di tempat ini, seluruh xaverian merasakan waktu yang seakan berhenti,
Suasana menjadikan rasa yang terus mengalir tanpa henti,
Titik-titik lilin membawa kenangan dalam hati,
Tentang senyum, tawa, kebersamaan, dan ketulusan.

Giriloyo, kau ajarkan para xaverian kesabaran,
Dalam setiap tarikan canting, xaverian temukan ketenangan,
Di tengah ketulusan pata pembatik,
Kami belajar arti kehidupan yang sejati.

Batik bukan sekadar kain semata,
Ia mampu hadirkan jiwa yang tertuang dalam warna,
Giriloyo, dalam kenanganmu xaverian terpaut,
Menghidupkan kembali setiap kisah yang tak lekang oleh jaman.

Kontributor Berita : Dewi Kristiani
Editor : Resti Hosiana