Jerman dalam Resesi Akibat Inflasi dan Suku Bunga Tinggi

KRAKATOA.ID (VOA) — Jerman jatuh ke dalam resesi pada sekitar pergantian tahun lalu, menurut angka resmi yang diterbitkan Kamis (25/5), karena inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi menahan permintaan di ekonomi terbesar Eropa itu.

Selama tiga bulan pertama tahun 2023, ekonomi menyusut sebesar 0,3 persen, kata badan statistik federal Destatis, lebih besar dari perkiraan awal sebesar nol persen.

Menyusul kontraksi 0,5 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2022, angka itu merupakan pertumbuhan negatif kuartal kedua berturut-turut di Jerman – yang adalah ambang untuk “resesi teknis.”

Kemerosotan terjadi selagi Jerman berjuang melawan lonjakan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang membebani rumah tangga dan bisnis.

Tapi Kanselir Olaf Scholz, yang sebelumnya menyatakan keyakinannya bahwa Jerman telah berbuat cukup untuk menghindari penurunan, menepis kekhawatiran bahwa resesi akan berkepanjangan.

“Prospek ekonomi Jerman sangat bagus,” katanya pada konferensi pers, dengan mengutip investasi yang signifikan di negara tersebut termasuk di pabrik-pabrik baterai.

Inflasi, yang mencapai 7,2 persen di Jerman pada bulan April, dipicu oleh kenaikan biaya energi. Harga konsumen hanya turun sedikit dari puncaknya menjelang akhir tahun 2022.

Dampak inflasi itu dirasakan terutama oleh konsumen yang mengekang pengeluaran mereka untuk barang-barang seperti makanan dan pakaian. [lt/ka]

BACA JUGA :  Plt. Rektor Unila dan Gubenur Lampung Lakukan Groundbreaking Gedung Pusat Kajian Cassava, Kelapa Sawit, dan Tebu FP Unila