KRAKATOA.ID, TANGGAMUS — Masjid Imaduddin di Pekon Way Kerap, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus menjadi lokasi favorit untuk salat dan rehat pengendara yang melintas di Jalan Lintas Barat Tanggamus.
Keberadaan Masjid Imaduddin ini sudah tidak asing lagi keberadaannya karena kebaikannya dengan menyediakan kopi dan teh gratis bagi pengendara setiap harinya.
“Ya itu kan pertama kan modalnya ini dari hamba Allah jadi kembali lagi ke hamba Allah lagi, makanya gratis, nah gula kopi itu kan dari hamba Allah, enggak tahu kita orangnya siapa-siapa yang ngasih-ngasih itu jadi dikembalikan lagi sama hamba Allah juga, siapa yang mau ngopi silahkan,” ungkap Suhaypi, salah satu marbot di Masjid Imaduddin saat ditemui Krakatoa.id, Senin petang (27/5/2024).
Menurut Suhaypi sudah dari tahun 2009 kopi dan teh gratis disediakan di Masjid Imaduddin untuk siapapun yang berkunjung baik untuk salat ataupun sekedar melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan.
“Sudah dari 2009 mulai, itu ide dari Ketua Masjid kita, bapak Syafiuddin Muas, dia tinggal di Karang, Bandarlampung, mantan Sekda Tanggamus,” kata dia.
Setiap hari untuk kopi, teh dan gula lanjut Suhaypi, Masjid Imaduddin rata-rata menghabiskan 5 kg setiap harinya.
“Satu hari satu malam itu satu bal, sekitar 5 kg, itu pasti abis, gulanya 5 kg, kopinya 5 kg, satu hari satu malam tapi,” imbuhnya.
Di Masjid Imaduddin kata Suhaypi semua fasilitas disediakan gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun, termasuk untuk charging handpone.
“Ya cas hape itu gratis juga, parkir gratis semua, mau mandi gratis, pokoknya semuanya itu gratis. Keamanan ya alhamdulilah aman,” tegasnya.
Selama ini kata Suhaypi untuk kopi, teh dan gula selalu ada saja yang memberikan donasi baik dalam bentuk barang maupun uang. Donasi itu diberikan oleh orang-orang baik.
“Kopi ini ada yang nganter di sini dalam bentuk kopi, ada juga yang ngasih duit, ada yang ngasih kopi, ngasih gula gitu. Ini memang kopi Lampung,” kata Suhaypi.
Dikatakan dia, selain ada yang hanya singgah untuk salat ada juga yang bermalam. Pihaknya pun juga menyediakan fasilitas tikar gratis bagi mereka yang bermalam.
“Ini kan banyak yang minep kalau malem, kalau sudah jam 12 sampai sini berarti dia kan mau minep, subuh-subuh dia berangkat. Gak nentu, banyak, paling sedikit itu selawe (25) orang (yang bermalam),” kata dia.
Pria yang telah 15 tahun menjadi marbot di Masjid Imaduddin ini memberikan pesan khusus bagi pengendara yang singgah.
“Yang penting kita kan sama-sama pengertian, kita duduk di sini aman, mandi, mau ngopi silahkan, yang penting kita kan sama-sama pengertian. Yang mau ngopi silahkan, sehabis ngopi gelasnya tarok situ, gelas yang kotor-kotor itu, itu aja. Ada juga yang ngerti, itu kan bekas kopi, orangnya udah pergi, gelasnya tinggal, kan gitu, seharunya kan taro situ, kan ada tempatnya,” pungkasnya.***