Hasil riset Setara Institute tentang Indeks Kota Toleran (IKT) menunjukkan kondisi toleransi di Indonesia mengalami stagnasi sejak 2015.
KRAKATOA.ID. JAKARTA — Penelitian yang dilakukan lembaga Setara Institute menunjukkan rata-rata Indeks Kota Toleran (IKT) nasional pada 2022 mencapai nilai 5,03, turun tipis dari 2021 yang mendapat nilai 5,24. Hal ini menunjukkan kondisi toleransi di Indonesia masih stagnan dan belum mencapai nilai yang signifikan. Setara menggunakan rentang nilai 1-7, artinya satu merupakan skor situasi paling buruk dan tujuh situasi paling baik.
Adapun tiga kota yang mendapat nilai paling tinggi, yaitu Singkawang (6,58), Salatiga (6,42), dan Bekasi (6,08). Ketua Badan Pengurus Setara Institute Ismail Hasani berharap riset ini dapat mempromosikan praktik-praktik toleransi terbaik kota-kota di Indonesia.
“Mereka berhasil membawa kotanya ke puncak-puncak toleransi. Mesti ditularkan ke kabupaten kota lainnya yang tidak mendapatkan peringkat,” jelas Ismail Hasani di Jakarta, Kamis (6/4/2023) petang.
Hasil riset setara juga menunjukkan tiga kota yang berada di urutan terbawah dari 94 kota yang diteliti, yaitu Cilegon (3,22), Depok (3,61), dan Padang (4,06). Namun, Hasani berharap kota-kota yang mendapatkan nilai tinggi tidak berpuas diri.
Selain itu, Setara Institute juga merekomendasikan perbaikan peraturan perundang-undangan di tingkat pusat, terutama dalam membangun jaminan kebebasan beragama berkeyakinan serta perlindungan terhadap kelompok minoritas dan rentan. Semisal regulasi-regulasi yang ambigu yang dapat memantik intoleransi di daerah.
Setara juga mendorong kampanye kearifan lokal dan budaya yang menjunjung toleransi dan kerukunan. Pantauan Setara menunjukkan daerah-daerah yang masih menjunjung tinggi warisan kearifan lokal cenderung tidak memiliki masalah intoleransi.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Singkawang Sumastro mengatakan penghargaan dari Setara Institute ini merupakan penghargaan ketiga yang diterima kotanya. Menurut Sumastro, prestasi kota toleran terbaik ini merupakan hasil kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Ia mempersilakan kota-kota lainnya untuk mengunjungi Kota Singkawang jika ingin melihat kehidupan toleransi.
“Ini adalah anugerah dan tanggung jawab yang tidak sederhana. Kami sudah menjadikan toleransi sebagai kata kunci dalam setiap percakapan, baik di level pemerintahan hingga grass root,” tutur Sumastro.
Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Laode Ahmad mengapresiasi riset IKT yang dilakukan Setara Institute. Ia berharap IKT ini dapat menjadi pengetahuan bersama dalam mendorong toleransi di Tanah Air. Selain itu, IKT ini akan dijadikan dasar riset pemerintah yang lebih komprehensif yaitu Indeks Harmoni Indonesia.
“Kementerian Dalam Negeri saat ini sedang menyusun indeks yang lebih holistik yaitu Indeks Harmoni Indonesia. Di sana ada dimensi ekonomi, sosial, budaya, dan kerukunan beragama,” ujar Laode Ahmad.
Laode mengatakan pemerintah akan terus mendukung berbagai inisiatif yang dapat mendorong kerukunan di Indonesia. [sm/ah]