Guna mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio, Kementerian Kesehatan mulai pertengahan Januari menggalakkan imunisasi tambahan polio putaran pertama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sepuluh hari setelah pelaksanaan imunisasi tambahan itu, cakupannya sudah mencapai 100 persen.
KRAKATOA.ID (VOA) — Berita tentang tiga anak di Kabupaten Pamekasan dan Sampang, Jawa Timur, serta Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang menderita lumpuh layu akut akibat virus polio tipe dua, sempat menghenyakkan publik pada awal tahun baru ini. Terlebih karena dari hasil laboratorium di wilayah sekitar mereka, masih ada sembilan anak lain yang juga dinyatakan positif menderita lumpuh layu, meskipun belum menunjukkan gejala.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bergerak cepat dengan melakukan imunisasi tambahan polio putaran pertama secara serentak di seluruh Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman, Yogyakarta, mulai 15 Januari lalu.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menyatakan berdasarkan sasaran rill, capaian imunisasi tambahan atau yang dikenal dengan Sub Pekan Imunisasi (Sub PIN) Polio Putaran 1 telah mencapai target cakupan rata-rata 100 persen. Cakupan imunisasi adalah pada 32 Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah, 38 Kabupaten Kota di Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pemberian imunisasi menggunakan vaksin novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) menargetkan 8,5 juta anak berusia 0- 7 tahun. Provinsi Jawa Timur sebanyak 4,6 juta anak, Provinsi Jawa Tengah 3,9 juta anak, dan Kabupaten Sleman sebanyak 112 ribu.
“Respons yang luar biasa dalam sepekan semuanya cakupannya khusus untuk Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah lebih dari target minimal 95 persen,” kata Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers virtual pada Kamis (25/1).
Kegiatan imunisasi dilakukan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, sekolah, dan pos imunisasi lainnya di bawah koordinasi Puskesmas.
Cegah Polio Dengan Imunisasi Lengkap
Polio (Poliomyelitis) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio. Virus ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan mendadak dan kecacatan seumur hidup, bahkan kematian akibat kelemahan pada otot pernafasan. Kelumpuhan biasa terjadi dalam 7 hingga 12 hari setelah terinfeksi. Polio tidak bisa diobati, tetapi bisa dicegah dengan imunisasi Polio lengkap.
Orang tua diharapkan melengkapi imunisasi polio pada anak, yaitu 4 kali tetes pada usia 1 sampai 4 bulan, 2 kali suntik saat usia 4 sampai 9 bulan, dan imunisasi rutin anak lainnya sesuai usia.
“Ingat polio bisa menginfeksi setiap anak-anak yang belum lengkap imunisasinya, oleh karena itu semua anak saat ini di Indonesia harus memastikan, para orang tua memastikan bahwa anak balitanya sudah mendapatkan imunisasi polio secara lengkap,” ujar Direktur Pengelolaan Imunisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kemenkes dr. Prima Yosephine.
Ditambahkannya, wabah virus polio dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain karena rendahnya herd immunity atau kekebalan kelompok apabila cakupan imunisasi Polio di suatu wilayah rendah selama beberapa tahun, dan faktor lainnya kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat termasuk sanitasi. Virus polio ditularkan melalui tinja yang tercemar dan masuk melalui mulut.
Maxi mengungkapkan berdasarkan hasil pemeriksaan faktor risiko lingkungan di wilayah terdapat kasus Polio di Indonesia, masih ditemukan praktek buang air besar sembarangan, juga kondisi sumur gali keluarga yang berjarak kurang dari 10 meter dengan septic tank. [yl/em]