KRAKATOA.ID, LAMPUNG BARAT — Gunung Pesagi, atap tertinggi di bumi Lampung, kembali menyajikan kisah yang tak hanya menggugah rasa duka, tapi juga menyisakan misteri yang sulit dijelaskan logika. Di balik evakuasi jenazah seorang pendaki yang ditemukan meninggal dunia di jalur pendakian Pekon Bahway pada Kamis petang (15/5/2025), terselip pengalaman spiritual yang menyentuh dan menggelitik batin.
Selamet, Koordinator Pos Pendakian Gunung Pesagi jalur Bahway, tak menyangka jika pendakian hari itu akan menjadi salah satu pengalaman paling aneh sekaligus menggetarkan yang pernah ia jalani. Bersama tim relawan, ia turut mengevakuasi jenazah korban dari kawasan puncak Gunung Pesagi—sebuah proses panjang yang, meski berjalan lancar, dipenuhi tanda tanya.
“Kalau firasat sih enggak ada ya, kalau bakal terjadi kejadian ini,” ujar Selamet dengan nada ragu. Namun yang terjadi di lapangan, menurutnya, bukanlah sesuatu yang biasa.
“Waktu kami gendong jenazah si korban ini, itu selama perjalanan manggul mayatnya alhamdulillah enggak ada gangguan. Cuman, sepanjang perjalanan itu baunya… harum,” ungkapnya kepada Krakatoa.id, Sabtu (17/5/2025).
Harum, Bukan Anyir
Pernyataan ini bukan isapan jempol. Dalam kondisi normal, proses membawa jenazah dalam perjalanan panjang, apalagi menuruni lereng gunung, kerap diiringi aroma yang menyengat. Namun kali ini justru sebaliknya.
“Bayangan dia itu masih di situ-situ aja… rohnya, jadi kerasa di badan,” ucap Selamet lirih.
Ia mengaku merinding saat pertama kali menemukan jenazah, seolah ada energi yang belum sepenuhnya pergi.
“Mayatnya sih lumayan berat, ya wajar. Tapi itu tadi, selama manggul, baunya enggak kayak mayat. Harum. Ya mungkin dia orang baik,” tambahnya.
Aroma harum jenazah yang menyertai sepanjang proses evakuasi membuat suasana menjadi tenang, jauh dari kesan angker atau menyeramkan seperti kisah-kisah lain yang sering terdengar dari pegunungan.
Kronologi: Dari Hidup, Menuju Sunyi
Kepala BPBD Lampung Barat, Padang Priyo Utomo, membenarkan bahwa korban sempat terlihat dalam kondisi sehat sehari sebelum ditemukan meninggal. Tiga pendaki muda — Hilmi Maulana, Selo Iswanto, dan Ridho Kurniawan — mengaku bertemu korban pada Rabu (14/5/2025) di jalur pendakian. Namun keesokan harinya, saat mereka turun, mereka kembali melihat pria tersebut tergeletak di tempat yang sama, kali ini tak bernyawa.
“Laporan masuk sekitar pukul 13.30 WIB. Setelah itu kami langsung berkoordinasi dengan aparat pekon, TNI, Polri, dan relawan untuk mengevakuasi korban,” terang Padang.
Proses evakuasi dimulai pukul 16.30 WIB, menuruni medan yang terjal dan licin. Tim gabungan berhasil menemukan jenazah pukul 18.02 WIB dan mulai membawanya turun. Pada pukul 20.10 WIB, jenazah tiba di gerbang Rimba Gunung Pesagi, lalu dilanjutkan ke Puskesmas Balik Bukit, dan akhirnya dirujuk ke RSUD Alimuddin Umar.
Terungkap: Identitas Korban
Hingga Jumat petang (16/5/2025), misteri identitas pendaki tersebut akhirnya terkuak. Kepala Ruang Jenazah RSUDAU, Maryanto, mengonfirmasi bahwa korban diduga kuat bernama Deswanto, warga Pekon Babakan, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.
“Ya, benar, Deswanto. Sekarang kami sedang menunggu pihak keluarga. Kabarnya mereka sudah sampai di Pesisir Barat,” ujar Maryanto.
Gunung yang Menyimpan Kisah
Gunung Pesagi, yang menjulang setinggi lebih dari 2.262 meter di atas permukaan laut, memang bukan sekadar jalur pendakian. Ia adalah bagian dari warisan alam dan spiritual masyarakat adat Lampung, khususnya Suku Saibatin. Banyak kisah yang tumbuh dari lereng-lerengnya: tentang penampakan, tentang pendaki yang “menghilang”, hingga suara-suara misterius di malam hari.
Namun kisah kali ini bukan tentang teror. Justru, aroma wangi jenazah Deswanto menjadi penanda bahwa tidak semua pertemuan antara manusia dan alam semesta harus penuh ketakutan. Kadang, bahkan dalam kematian, terselip tanda kebaikan yang menyisakan haru — dan pertanyaan.
Apakah benar Deswanto orang baik hingga bahkan tubuhnya menguar wangi saat tak lagi bernyawa? Ataukah gunung memiliki caranya sendiri untuk menghormati mereka yang datang dengan niat baik?
Hingga kini, kita hanya bisa menebak. Tapi bagi Selamet dan tim evakuasi, aroma harum itu akan terus membekas — menjadi bagian dari kisah Gunung Pesagi yang tak akan mereka lupakan.***