ASDP Bakauheni Fasilitasi Penumpang Ditelantarkan: “Kami Bergerak karena Kemanusiaan”

KRAKATOA.ID, BAKAUHENI — Di tengah lalu lintas padat kendaraan dan langkah kaki penumpang yang hilir mudik di Pelabuhan Bakauheni, sebuah kisah menyentuh hadir bak angin sejuk di tengah terik siang. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni menunjukkan bahwa mereka tak hanya menjadi pengelola moda transportasi laut, tapi juga pelayan kemanusiaan.

Adalah Wahyono, pria asal Dusun Kenteng, Desa Gunungsari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Hari ini ia diseberangkan ke Merak oleh ASDP setelah menjadi korban penelantaran teman perjalanannya. Ceritanya bukan cerita biasa. Ini kisah perjuangan, harapan, dan uluran tangan yang datang di saat paling dibutuhkan.

Dua hari sebelumnya, Wahyono bersama dua rekannya berangkat ke Bandar Lampung setelah dijanjikan pekerjaan sebagai tukang bangunan. Namun begitu sampai di Gedong Air, Tanjungkarang Barat, orang yang menjanjikan pekerjaan tak bisa dihubungi.

“Saya sudah keliling-keliling Gedong Air, nyari sampai malam, tapi tidak ketemu. Nggak tahu ke mana dia,” kata Wahyono di Pelabuhan Bakauheni, Jumat (4/7/2025)..

Merasa tertipu dan tak memiliki penghasilan, mereka bertiga memutuskan untuk pulang. Tapi nahas, saat berhenti sejenak di toilet saat hendak naik travel ke Bakauheni, Wahyono ditinggal begitu saja oleh kedua temannya. Tanpa uang, tanpa teman, tanpa arah.

Berbekal tekad, Wahyono berjalan kaki dari Bandar Lampung menuju Pelabuhan Bakauheni—jarak yang tak main-main, lebih dari 90 kilometer. Di bawah panas matahari, mengenakan baju yang sama selama beberapa hari, dan membawa tas berisi alat-alat tukangnya, ia melangkah pelan menuju harapan yang semakin kabur.

Namun Tuhan masih berpihak. Di pinggi jalan Tarahan, Lampung Selatan seorang pemotor berhenti. Melihat kondisi Wahyono, ia memboncengnya ke Bakauheni. Pemotor yang enggan disebutkan namanya itu bukan hanya memberi tumpangan, tapi juga lebih dari itu: ia memberikan uang transportasi—hasil donasi dari rekan-rekannya—agar Wahyono bisa melanjutkan perjalanan setelah diseberangkan.

BACA JUGA :  Beri Rasa Aman, Pemudik Motor Dikawal oleh Satgas Kawal Mudik Polda Lampung Sampai Tujuan

“Selain kami bantu seberangkan lewat kapal ferry, ternyata pemotor itu juga membantu ongkos kereta Wahyono dari Merak ke Solo,” kata Saiful Harahap, Humas ASDP Cabang Bakauheni, saat ditemui awak media di dermaga eksekutif Bakauheni Jumat (4/7).

Saiful menjelaskan bahwa uang tersebut cukup untuk Wahyono naik KA Lokal Merak menuju Rangkasbitung, lalu menyambung perjalanan dengan KA Banten Ekspres atau KA Krakatau hingga ke tujuan akhir di Solo.

“Ini betul-betul contoh solidaritas. Dari kami bantu penyebrangan, dan bantu ongkos daratnya. Lengkap sudah, tinggal bagaimana Wahyono menyelesaikan perjalanan dengan selamat,” ucap Saiful.

“Ya, kalau kejadian seperti ini sifatnya insidental, kami bantu dari sisi kemanusiaan. Kami fasilitasi Pak Wahyono agar bisa diseberangkan ke Merak,” ujar Saiful.

Menurut Saiful, ini bukan kali pertama ASDP memberikan bantuan kepada penumpang yang mengalami kondisi darurat atau menjadi korban penipuan. “Beberapa kali memang ada kasus serupa, dan kami tetap berusaha hadir, minimal bisa membantu mereka kembali ke tujuan,” imbuhnya.

Wahyono sendiri tak banyak berkata-kata, suaranya lirih, namun sorot matanya lebih terang. Di balik luka karena ditelantarkan dan gagal bekerja, ia masih bisa tersenyum.

“Saya cuma pengen pulang, ketemu anak-anak. Saya bingung harus bilang apa, tapi saya bersyukur masih ada orang baik,” ucapnya terbata.

Wahyono adalah duda dua anak. Istrinya meninggal saat melahirkan anak kedua. Ia ke Lampung bukan untuk mencari petualangan, tapi untuk menghidupi anak-anak yang kini menunggunya di kampung.

Hari ini, ia memang bukan orang penting. Tak ada jas di tubuhnya, tak ada koper elegan di tangannya. Tapi perjalanan hidupnya telah mengajarkan bahwa kemanusiaan tak mengenal jabatan, tidak pula mengenal tiket kelas eksekutif.

BACA JUGA :  SMA Xaverius Bandar Lampung Kunjungi Bank Indonesia Provinsi Lampung

Dan di pelabuhan inilah, sebuah tempat yang kerap dianggap hanya sebagai perlintasan, Wahyono mendapat tempat berteduh sejenak—dan titik awal dari pulang yang sesungguhnya.***