KRAKATOA.ID, PAPUA — Kelompok pemberontak separatis di Papua yang menyandera seorang pilot Selandia Baru siap untuk membatalkan tuntutan agar Jakarta mengakui kemerdekaan wilayah itu sebelum mereka mempertimbangkan untuk membebaskannya, kata seorang juru bicara kelompok pemberontak itu, Kamis (6/4).
Pilot Susi Air Phillip Mehrtens diculik Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di kawasan dataran tinggi Nduga dua bulan lalu usai melakukan penerbangan rutin ke kawasan tersebut.
TPNPB mengatakan pada saat itu pilot hanya akan dibebaskan bila pemerintah Indonesia mengakui kemerdekaan Papua, dan menarik seluruh pasukannya dari wilayah itu.
Namun dalam SMS kepada Reuters pada Kamis, juru bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan kelompok itu telah membatalkan tuntutan kemerdekaan dan malah mendorong dialog.
“Pilot Selandia Baru ini bukan musuh kami, jadi kami akan mencari solusi untuk membebaskannya,” kata Sambom.
Sambom mengatakan TPNPB, sayap bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka (OPM), tidak menghentikan upayanya memerdekakan wilayah tersebut dalam jangka panjang, tetapi menyadari kebutuhan untuk segera membebaskan pilot tersebut.
“Kami akan melakukan negosiasi damai,” katanya.
Pertempuran tingkat rendah untuk meraih kemerdekaan dari Indonesia telah dilancarkan selama beberapa dekade di wilayah Papua yang terpencil dan kaya sumber daya. Konflik antara pemberontak bersenjata dan pasukan keamanan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata para analis.
Ketegangan telah membara sejak pemungutan suara kontroversial tahun 1969 yang diawasi oleh PBB yang menjadikan bekas wilayah Belanda itu di bawah kendali Indonesia.
Pemerintah Indonesia mengatakan telah memprioritaskan negosiasi dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk memastikan pembebasan Mehrtens. Pemerintah juga mengatakan betapa berbahayanya melakukan operasi militer di daerah dataran tinggi yang terjal itu.
“Kami akan menggunakan senjata kami hanya jika ada ancaman terhadap nyawa pasukan kami,” kata Donny Charles Go, juru bicara satuan tugas militer yang dibentuk untuk menyelamatkan pilot itu, kepada Reuters.
Ditanya tentang perubahan sikap kelompok pemberontak tersebut, seorang pejabat Indonesia mengatakan bahwa situasinya tetap rentan.
“Untuk mengutamakan keselamatan dan keamanan sandera, pemerintah akan membatasi komentar publik,” kata Jaleswari Pramodawardhani, Deputi V Kantor Staf Presiden.***