KRAKATOA.ID, BANDARLAMPUNG — Universitas Lampung (Unila) untuk pertama kalinya meraih peringkat 601+ pada pemeringkatan Times Higher Education (THE) Asia University Rankings 2024. Secara nasional, Unila menempati peringkat 24 universitas di Indonesia dari 33 universitas yang masuk pada pemeringkatan ini.
THE Asia University Rankings 2024 mencakup 739 universitas dari 31 wilayah di seluruh Asia. Perankingan ini menggunakan 18 indikator kinerja yang sama dengan THE World University Rankings, namun indikator tersebut dikalibrasi ulang untuk mencerminkan atribut institusi-institusi di Asia.
Delapan belas indikator kinerja dikelompokkan menjadi lima bidang yakni Research Quality sebesar 30% (citation impact, research strength, research excellence, research influence), Research Environment 28% (research reputation, research income, research productivity), Teaching 24,5% (indikator reaching reputation, staff-to-student ratio, doctorate-to-bachelor’s ratio, doctorates-awarded-to-academic-staff ratio, institutional income), Industry 10% (industry income dan Patents), dan International Outlook 7,5% (proportion of international students, proportion of international staff, International collaboration).
Hadi Prayitno, S.T., M.T., selaku Ketua Tim Times Higher Education World University Rankings Unila menjelaskan, keberhasilan Unila ini merupakan yang pertama setelah tiga tahun mengikuti perankingan bergengsi tersebut. Unila selama ini hanya masuk ke posisi reporter dan secara nasional belum masuk pada peringkat 25 besar.
Menurutnya, awareness dan interest terhadap pemeringkatan internasional semakin meningkat dengan baik sehingga Unila mampu mengikuti pola tren yang ada pada pemeringkatan dunia saat ini. Ditambah lagi saat ini Unila sudah punya komitmen yang tinggi sehingga ada peningkatan pada pemeringkatan internasional.
Guna memaksimalkan pencapaian Unila pemeringkatan kelas dunia, pemeringkatan THE baik versi World University Rankings maupun Asia University Rankings akan di-mainstreaming sampai ke tingkat fakultas tahun ini. Mainstreaming internasional ranking bertujuan untuk mendapat data lebih banyak dalam mengisi borang pemeringkatan.
Hadi mengungkapkan, THE juga menerbitkan pemeringkatan untuk tingkat prodi (by subject). Hal inilah yang akan disosialisasikan agar setiap prodi dapat mengetahui posisi rankingnya di level dunia maupun Asia. Ketika setiap prodi sudah mengetahui masing-masing ranking yang dicapai, maka semua pihak dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengisian borang tersebut.
Dengan demikian, ia optimistis Unila pada lima sampai sepuluh tahun mendatang bisa melakukan internasionalisasi di tingkat prodi. Unila perlu memperhatikan kembali program-program kegiatan, arah penelitian, arah kerja sama yang sesuai dengan ketentuan berlaku pada pemeringkatan.
Beberapa indikator penilaian yang menjadi catatan untuk dapat ditingkatkan di antaranya penelitian dosen yang terkait dengan SDGs dan terindeks Scopus, keterlibatan profesional sebagai tenaga pengajar di kampus, jumlah mahasiswa asing, dan memperbanyak publikasi interdisiplin dan lainnya.
Wakil Rektor PKTIK Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A., menambahkan, Unila kini sedang bergiat mempersiapkan diri menuju world class university dalam rangka membuktikan program strategik Be Strong.
Pencapaian Unila hingga 2024 ini pada pemeringkatan QS Rank dunia 1401+. Di Indonesia sendiri, posisi ini menempati ranking ke-25, di mana QS ranking Asia-nya 701+. Sementara peringkat Unila pada Times Higher Education ranking dunia 1500+, dengan penempatan ranking Asia 601+.
“Kita patut bersyukur THE ini di tingkat Asia menempatkan Unila di urutan ke-24 universitas di Indonesia. Karena ini merupakan upaya yang baru dimulai dua tahun terakhir, kita masih butuh untuk memperkuat posisi ini. Dan sesuai arahan Rektor, Unila dari waktu ke waktu harus mampu bersinergi dengan seluruh unit, lembaga, UPT, agar dapat memperkuat posisi ini lebih tinggi lagi,” ujarnya.***