Umat Katolik dan agama lain di Indonesia menyambut gembira kedatangan pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus pada 3-6 September. Ini merupakan kunjungan ketiga seorang Paus, setelah Paus Yohanes Paulus II pada 1989 dan Paus Paulus VI pada 1970.
KRAKATOA.ID (VOA) — Robertus Broto, salah seorang umat Katolik asal Paroki Santo Mikael, Perak, Surabaya, tidak sabar ingin melihat dan mengikuti langsung Misa Kudus (Homili Bapa Suci) di Stadion Gelora Bung Karno, yang akan dipimpin Paus Fransiskus pada 6 September mendatang.
Saking antusiasnya, begitu kabar kedatangan Paus terdengar, Robertus Broto mengajukan cuti dari pekerjaannya dan menabung untuk membiayai transportasi dan akomodasinya kelak di Jakarta. Ia juga mendaftar di parokinya, yang masing-masing diberi kuota 50 orang untuk mengikuti Misa Kudus tersebut.
“Saya tertarik itu kenapa berangkat ke Jakarta, karena belum tentu toh seumur hidup nanti saya bisa ketemu Paus, kapan lagi, makanya pingin banget berangkat ke Jakarta. Kalau pun besok berangkat ke Vatikan ya belum tentu bisa bertemu Paus. Harapannya ya mendapat berkat dan rahmat, karena kan belum tentu kita seumur hidup juga bisa ketemu dengan beliau di Indonesia,” katanya.
Laki-laki paruh baya ini berharap Paus akan kembali menegaskan pesan perdamaian, khususnya bagi kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Lawatan Paus Jadi Pelepas Dahaga Umat
Secara terpisah Ketua Pemuda Katolik Komda Jawa Timur Christophorus Suryo mengatakan kepada VOA, kehadiran Paus Fransiskus nanti akan menjadi pelepas dahaga umat Katolik di Indonesia, setelah kunjungan Paus Yohannes Paulus lebih dari 35 tahun lalu.
“Ini menjadi momentum bagi umat Katolik khususnya, untuk bisa lebih memaknai kehadiran Paus Fransiskus itu sebagai semangat perdamaian, semangat cinta kasih, untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih plural, bangsa yang lebih menghormati perbedaan, dan bangsa yang menciptakan persatuan meski pun dari berbagai suku, agama,” paparnya.
Lawatan ke Jakarta pada 3-6 September
Paus Fransiskus, yang berusia 83 tahun, dijadwalkan tiba di Jakarta pada 3 September dan keesokkan harinya dijadwalkan melangsungkan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta. Sejumlah tokoh masyarakat sipil, korps diplomatik dan pejabat-pejabat Indonesia juga akan hadir dalam pertemuan itu.
Selanjutnya Paus akan melangsungkan pertemuan pribadi dengan anggota-anggota Sekretariat Jesus di Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta; dilanjutnya pertemuan dengan para uskup, imam, daikon, pelaku hidup bakti, seminaris dan katekis di Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga.
Pada 5 September, Paus dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pemuda di Graha Pemuda; dilanjutnya pertemuan antaragama di Masjid Istiqlal, dan pertemuan dengan organisasi-organisasi amal di kantor pusat Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Misa Kudus di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 6 September akan menjadi puncak acara kedatangan Paus ke Indonesia, sebelum terbang ke Port Moresby pada 6 September.
Lawatan Paus Jadi Momentum Istimewa
Sekretaris Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Anshor Jawa Timur, Mohammad Hasan Bisri, memaknai kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia sebagai momentum istimewa, terlebih Indonesia merupakan negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
“Kami menyambut baik dan bergembira atas kehadiran beliau di negara kami, di Indonesia, dengan harapan bahwa ini akan menjadi momentum abadi, monumental bagi kami warga negara Indonesia yang dikunjungi oleh Paus Fransiskus dari Vatikan. Ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang terbuka, yang bisa disinggahi oleh siapa pun yang bisa memberikan rasa dan warna yang indah bagi siapa pun di negara kami,” ujarnya.
Pastor Katolik yang juga Rektor Seminari Tinggi Kongregasi Misa (CM) Indonesia di Malang, Romo Antonius Rad Budianto, CM., menyebut figur Paus memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi umat Katolik, yang diyakini dapat menyemangati umat untuk lebih berkontribusi bagi Pembangunan Indoneisa. Pengaruh Paus ini tampak dari besarnya jumlah warga yang ingin menghadiri Misa Kudus.
“Bagi umat Katolik, figur itu penting ya, karena kita itu mengimani figur, yaitu figur Tuhan Yesus, bukan saja terutama ajaran tapi juga pribadi. Nah, dalam hal ini saya kira, kiranya figur Paus itu sangat kuat pengaruhnya bagi umat. Maka kehadiran Paus di Indonesia itu tentu saja sangat memberi semangat kepada umat di Indonesia,” tuturnya.
Menyebarluaskan perdamaian dan mendorong kesejahteraan adalah salah satu sasaran utama kedatangan Paus ke Indonesia, tambahnya.
“Paus ini tidak hanya bicara, dia melakukan kunjungan persaudaraan. Jadi, kalau dia di Indonesia, itu juga salah satu agendanya bertemu dengan umat Islam, saya yakin mereka juga menyambutnya dengan penuh antusias. Dan barangkali, ya kiranya ini juga mendekatkan umat Katolik Indonesai dengan umat Islam,” ujar Romo Sad menutup pembicaraan dengan VOA. [pr/em]