KRAKATOA.ID, SRIBAWONO — Umat Katolik tengah mempersiapkan masa Prapaskah yang diawali dengan perayaan Rabu Abu pada Rabu (22/2/2023).
Sebelum memperingati hari raya Paskah umat Katolik wajib menjalani masa Prapaskah, di antaranya dengan melaksanakan puasa dan pantang. Lantas mengapa Gereja Katolik memilih hari Rabu dan Jumat untuk pantang dan puasa?
“Puasa dan pantang dipilih pada hari Rabu dan Jumat lebih karena sebagai tradisi Gereja, tetapi ada dasar hukumnya,” jelas Pastor Kepala Paroki Bandar Sribawono Lampung Timur, Reverendus Dominus (RD) Piet Yoenanto Sukowiluyo saat berbincang dengan Krakatoa.id, Kamis (16/2/2023).
“Misalnya Kitab Hukum Kanonik (Kan) 1249: umat kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi, antara lain dengan berpuasa dan berpantang.”
“Kan. 1250: Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa Prapaskah.”
“Kan. 1251: Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terheting hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung, mengenang dan memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan kita Yesus Kristus.”
Ditegaskan Romo Piet tidak ditemukan dasar biblis dipilihnya hari Jumat dan Rabu untuk puasa dan pantang bagi Gereja Katolik.
“Tentang hari, kalau dicari dasar Biblis tidak ditemukan, tidak ada. Tetapi mengenai puasa sendiri ada dasarnya, misalnya Matius 6:17; Yoel 2:12-18, dan masih banyak yang lain,” jelas Romo Piet.
Pesan Romo Piet pada Masa Prapaskah 2023
Romo Piet berpesan untuk umat katolik dalam masa Prapaskah tahun ini.
“Puasa itu bukan soal makan dan minum, karena menurut aturan, puasa dan pantang kita amatlah ringan; misalnya makan boleh kenyang hanya sekali, maka kalau biasa makan tiga kali yang tetap tiga kali boleh, tapi hanya sekali boleh kenyang. Ringan kan?”
“Sedangkan pantang, menurut hukum, berarti pantang daging atau garan, atau jajan atau rokok. Semua itu baik bila dilaksanakan dengan tulus dan bersungguh-sungguh, namun tetap arahnya adalah menuju pada pertobatan, perubahan sikap hati, sikap batin.”
“Seperti nubuat Yoel, “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis, dan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu … “ (Bdk Yoel 2:12-13).”
“Jadi, puasa itu bukan soal makan dan minum tetapi soal hati. Puasa ini juga merupakan Latihan rohani yang bisa mendekatkan diri kepada Allah dan sesama. Melalui puasa dan pantang selama masa puasa ini adalah mengambil bagian dalam karya penhelamatan dunia, dengan menyatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus (Bdk Katolisitas.org).”
“Khusus untuk umat Katolik Keuskupan Tanjungkarang, saya mengajak untuk belajar memahami makna devosi, kemudian melaksnakannya dalam kehidupan sebagai orang beriman sebagai usaha mewujudkan tahun ini sebagai Tahun Devosional.”
“Devosi adalah makanan suplemen. Mari kita sehat dan bugar sebagai umat katolik yang militant dan setia, yang bersyukur tiada henti karena kita telah dikasihi oleh Allah (Penutup Ardas VI).”
“Akhirnya saya mengucapkan selamat menjalani masa Prapaskah, masa Retret Agung yang penuh rahmat ini, dengan berpuasa danberpantang dengan baik dan benar,” tutup Romo Piet.***