KRAKATOA.ID, BANDARLAMPUNG — Yayasan Xaverius Tanjungkarang menyelenggarakan kegiatan pembinaan SDM Kependidikan baru pada tanggal 20-22 September 2024. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Gentiaras Way Halim.
RD. Andreas Sutrisno, Ketua Yayasan Xaverius Tanjungkarang, menyampaikan materi pertama mengenai spiritualitas dalam kegiatan ini dan mengajak para peserta untuk memahami lebih dalam makna spiritualitas dalam konteks Yayasan Xaverius.
Dalam pemaparannya, RD. Andreas Sutrisno menjelaskan bahwa spiritualitas adalah usaha mencari arti dan tujuan hidup, serta panduan dalam menjalani kehidupan. Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, sebuah pencarian yang harus dilandasi dengan iman Kristiani. Menurutnya, memahami spiritualitas berarti memahami sejarah dan konteks tempat kita berada, dalam hal ini sejarah Yayasan Xaverius yang erat kaitannya dengan Gereja Katolik di Sumatra Bagian Selatan.
Sejarah Yayasan Xaverius dimulai pada tahun 1888 ketika Pastor Johanes van Meurs mendirikan dua sekolah di Tanjung Sakti. Sejak itu, pelayanan pendidikan terus berkembang seiring dengan masuknya para misionaris Kapusin dan SCJ (Sacerdoti del Sacro Cuore di Gesù) di wilayah Sumatra dan Bangka-Belitung. Yayasan ini secara resmi berdiri dengan akta dari notaris Christiaan Maathuis pada 5 Mei 1930, yang kemudian berubah nama menjadi Yayasan Xaverius pada 20 November 1958. Seiring waktu, Yayasan Xaverius Tanjungkarang akhirnya berpisah dari Palembang pada 2 Februari 1984.
RD. Andreas menegaskan bahwa sejarah Yayasan Xaverius menyatu dengan sejarah Gereja Sumatra Bagian Selatan, khususnya dalam pelayanan pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi. “Dengan mengetahui sejarah ini, kita bisa memahami mengapa Yayasan Xaverius terus berkomitmen dalam bidang pendidikan. Para misionaris dan pendahulu telah memberikan teladan yang harus kita jaga dan kembangkan:” jelas RD. Andreas.
Mengutip moto uskup pertama Tanjungkarang, Mgr. Albertus Hermelink Gentiaras, “In Te Speravi Non Confudar” (Kepadamu aku berharap, aku tak akan dipermalukan), RD. Andreas mengingatkan pentingnya menghadirkan harapan dalam setiap langkah pelayanan. Mgr. Andreas Henrisoesanta, uskup kedua, dengan motonya “Eritis Mihi Testes” (Kamu akan menjadi saksi-Ku) menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dalam menghayati iman. Hal ini tercermin dari keterlibatan beliau sebagai guru dan pengurus Yayasan Xaverius.
Pada era kepemimpinan Mgr. Yohanes Harun Yuwono, dengan visinya bahwa “Gereja Katolik Keuskupan Tanjungkarang, dengan menjadi terang dan garam dunia bersama Kristus Sang Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan, adalah Sakramen keselamatan bagi semua orang,” Yayasan Xaverius terus mengembangkan diri. Hingga pada tahun 2023-2028, Yayasan Xaverius Tanjungkarang berkomitmen untuk menjadi lembaga yang unggul dan transformatif, baik dalam hal kinerja, pendidikan, nilai sosial, maupun adaptasi terhadap dinamika masyarakat.
Untuk mencapai visi ini, RD. Andreas menekankan pentingnya keteladanan dalam berpikir, bersikap, bertindak, bertutur kata, dan berpenampilan bagi seluruh SDM di lingkungan Yayasan. “Menjadi bagian dari Yayasan Xaverius berarti siap untuk menggali potensi diri dan terus berkembang, menjadikan setiap langkah sebagai pelayanan yang penuh sukacita,” tambahnya.
Sebagai penutup, RD. Andreas mengajak para peserta untuk merenungkan apakah mereka merasa bahagia menjadi bagian dari Yayasan Xaverius Tanjungkarang. “Apakah saya bahagia atau tidak bergabung di Yayasan Xaverius Tanjungkarang? Mengapa? Apa yang harus saya lakukan untuk mengembangkan diri agar lebih bahagia, atau bila saya tidak bahagia?” Pertanyaan ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi setiap SDM untuk terus berupaya meningkatkan kualitas diri dalam menjalankan tugas pelayanan di Yayasan Xaverius Tanjungkarang.
Kontributor Berita : Ign. Adi Kurniawan
Editor : F. Joko Winarno