KRAKATOA.ID — Ekspedisi Studi Hasil Observasi dan Eksplorasi (SHOREA) merupakan salah satu kegiatan penelitian yang rutin dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) Universitas Lampung (Unila) setiap tahun.
Kegiatan ini melibatkan para mahasiswa dari Jurusan Kehutanan FP Unila, untuk ikut berpartisipasi menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk kontribusi nyata bagi kelestarian flora dan fauna di Indonesia.
Pada tahun 2024 ini, ekspedisi SHOREA mengangkat tema “Penjelajahan Kanopi hingga Lantai Hutan: Potensi Keanekaragaman Aves, Mamalia Kecil, Herpetofauna di Hutan Lampung”. Tema ini berfokus pada upaya dalam menemukan spesies unik dan melakukan konservasi di kawasan hutan lindung.
Terdapat tiga tim yang melakukan penelitian dan eksplorasi di tiga tempat, salah satunya tim Herpetofauna. Tim ini terdiri dari tujuh mahasiswa jurusan kehutanan, Fakultas Pertanian (FP) Unila, yang ditugaskan untuk melakukan studi analisis sebagai bagian dari kegiatan Ekspedisi SHOREA 2024.
Eksplorasi yang dilakukan tim Herpetofauna ini mengangkat tema penelitian mengenai “Studi Analisis terhadap Keberadaan Ordo Squamata pada Berbagai Tipe Habitat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan”.
Adapun lokasi melakukan eksplorasi ini berada di Resort Balik Bukit (Kubu Perahu) dan Resort Sukaraja Atas (Rhino Camp) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Ekspedia SHOREA dari tim Herpetofauna ini dilaksanakan pada 15 Juli hingga 5 Agustus 2024, dengan melakukan penelitian pada beberapa jenis hewan dari Ordo Squamata seperti ular dan kadal, serta beberapa data terkait Ordo Anura (katak dan kodok).
Ekspedisi yang dilakukan di TNBBS ini bertujuan untuk mengetahui jumlah jenis, jumlah individu, dan famili dominan yang didapatkan selama pengamatan, mengetahui indeks keragaman shannon-winner, indeks kekayaan jenis, indeks kemerataan, serta dominasi pada total individu.
Selain itu, pengamatan yang dilakukan tim Herpetofauna ini juga penting untuk mendapatkan data terbaru terkait Ordo Squamata yang berada di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Kegiatan ekspedisi SHOREA ini terdiri dari Gusektiono selaku ketua tim, Wahyu Nurhadi Wibowo, Alvino Bayu Satria Varitas, Silvina Adelia, Esih Zinayati, Novi Yunita Larasati, dan Silvia Ramada Putri.
Tentunya, kegiatan ini juga mendapat bimbingan dari Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D., selaku Dosen Kemahasiswaan Bidang Tiga Himpuan Mahasiswa Jurusan Kehutanan Unila.
“Sebelum tim ini terbentuk, terlebih dahulu dilakukan open recruitment untuk melakukan seleksi dan membagi menjadi tiga tim ekspedisi dengan tema dan tempat yang berbeda,” ujar Gusek, Minggu, 24 November 2024.
Setelah melakukan proses perekrutan dan seleksi, kemudian dilaksanakan berbagai pelatihan seperti navigasi dan kartografi, pembekalan materi ekspedisi, pelatihan manajemen perjalanan survival dan P3K, hingga pelatihan fotografi, dilanjutkan pelaksanaan turun lapangan untuk melakukan penelitian.
Sebelum melakukan turun lapangan, setiap anggota tim tentunya perlu berdiskusi untuk mempersiapkan barang dan keperluan yang dibutuhkan saat penelitian dan ekspedisi.
Adapun barang-barang tersebut di antaranya seperti buku identifikasi Herpetofauna, kamera ponsel, locus (aplikasi navigasi untuk membuat jalur dan titik), sarung tangan, tally sheet, ATK (alat tulis kantor), software pendukung, kantong reptile, snake hook dan head lamp (senter kepala).
Selama melakukan penelitian dan pengamatan, Gusek dan teman-teman juga menceritakan berbagai kendala yang dihadapi. Mulai dari kesulitan saat mengidentifikasi satwa asing yang ditemukan, mencari referensi baru dan penyesuaian untuk nama latin dari setiap spesies, sampai keterbatasan alat.
Untuk perlengkapan dokumentasi saja kami hanya mengandalkan kamera ponsel genggam untuk menangkap foto maupun video dari setiap momen yang diabadikan ketika mengamati satwa.
“Kesulitannya lainnya seperti faktor cuaca hingga keberadaan satwa liar yang aktif di malam hari seperti beruang pun harus kami antisipasi, karena menyangkut keselamatan tim kami juga saat di lapangan. Jadi, kami juga harus mengingat jalur yang boleh atau tidak boleh dilewati,” ujarnya.
Di balik kendala dan kesulitannya, tim Herpetofauna ini memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda dengan tim lainnya, yakni waktu penelitian yang dilakukan di malam hari. Mengingat, satwa yang diamati juga aktif di waktu-waktu gelap dan berada di area yang cukup berbahaya sehingga menjadi tantangan tersendiri.
Rasa ingin tahu dan komitmen yang besar menjadi motivasi utama bagi tim Herpetofauna. Setiap permasalahannya yang ada pasti akan ada jalan dan solusinya, asal kita mampu untuk bertahan untuk menyelesaikannya. Harapan orang-orang sekitar, teman-teman hingga para dosen kehutanan FP Unila menjadi inspirasi besar untuk bisa berada di titik saat ini.
“Apa pun rintangannya mari jalani bersama, siapa tahu di tempat yang jauh dari ekspektasi kita itu, akan ditemui hal-hal hebat yang belum tentu ada di tempat lain. Ketika kita tengah lelah, bahkan terjatuh, ingatlah tujuan besar apa yang membawa kita sejauh ini,” ujar Gusek.
Tim Herpetofauna juga berhasil menemukan hewan unik dan langka yang meliputi Tokek Terbang Kuhli (Kuhl’s Gecko), Ular Rumput Merah (Rhabdophis Chrysargos), Katak Pohon Berjumbai (Kurixalus Appendiculatus), dan satwa Krabuku Ingkat (Cephalopachus Bancanus). Hasil penelitian tersebut ditampilkan melalui seminar nasional dan dibuat dalam bentuk booklet penelitian.
Bagi Gusek, Ekspedisi SHOREA ini adalah kegiatan ilmiah yang menjadi cita-cita panjang, yang diharapkan dapat terus dilakukan mahasiswa Himasylva Unila. Ekspedisi ini juga sejalan dengan misi tridarma perguruan tinggi, yang memiliki konsep besar dalam mengembangkan serta kapasitas ilmu pengetahuan mahasiswa terhadap perannya dalam pelestarian keanekaragaman hayati.
“Kami dari Tim Ekspedisi Shorea Himasylva, khususnya Tim Herpetofauna mengajak kalian untuk mencoba tantangan baru di alam bebas. Masih ada banyak keanekaragaman satwa yang belum kita ketahui jenisnya. Tentunya rasa penasaran sobu akan herpetofauna dapat meningkatkan pengetahuan serta memberikan pengalaman berpetualang di alam,” ujar Gusek.
Ekspedisi dari Tim Herpetofauna ini diharapkan mampu menanamkan muatan dan atau pola pikir anggota dengan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada anggota Himasulva. Selain itu, dapat mendorong terbangunnya kompetensi melalui pengembangan minat, bakat, dan awareness terhadap lingkungan, khususnya kehutanan.***