Pemkot Bandar Lampung Bangun Drainase dan Embung, Jawab Keresahan Warga Panjang Utara

KRAKATOA.ID, BANDARLAMPUNG — Bencana banjir yang terjadi di Kelurahan Panjang Utara awal pekan ini bukan sekadar dampak cuaca ekstrem, tetapi juga sinyal keras bahwa suara warga tak bisa lagi diabaikan dalam perencanaan kota. Dari RT ke ruang rapat pemerintahan, advokasi masyarakat kini menjadi penggerak penting dalam mendorong solusi konkret bagi persoalan lingkungan yang sudah lama mengendap.

Salah satu suara paling lantang datang dari Salam Nawawi, warga RT 07, yang menyampaikan kritik tajam terhadap penyempitan saluran air di area milik PT Pelindo.

“Dulu lebarnya 4 meter, sekarang nggak sampai setengah meter. Kalau saluran air utama di belakang permukiman kami dikecilkan, ya banjir pasti terjadi,” ujarnya sambil memperlihatkan dokumentasi lama.

Pernyataan Nawawi bukan keluhan kosong — tapi cerminan frustrasi warga yang selama bertahun-tahun merasakan langsung dampak buruk tata kelola drainase yang tak berpihak pada lingkungan dan keselamatan publik.

Menanggapi tekanan dari masyarakat, Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana pun turun langsung ke lapangan dan mengumumkan pemasangan Box Culvert sepanjang hampir 300 meter serta pengembangan embung bersama Pemkab Lampung Selatan dan Pesawaran. Namun, Eva juga menekankan bahwa langkah ini harus dijalankan secara kolektif.

“Kolaborasi itu kunci. Pemerintah tidak bisa sendiri, perlu ada dukungan dari Pelindo dan semua pihak,” tegas Eva, Kamis (24/4/2025).

Ia menyampaikan bahwa proses pembersihan lumpur dan sampah telah hampir rampung dan proyek drainase baru akan segera berjalan.

Namun dalam konteks ini, kehadiran Pemkot justru menunjukkan bagaimana desakan warga bisa memicu percepatan tindakan. Dalam berbagai peristiwa banjir sebelumnya, keluhan masyarakat acap kali hanya terdengar sesaat. Kini, dengan dokumentasi warga dan keterlibatan aktif masyarakat dalam menyuarakan data lapangan, kebijakan pun mulai diarahkan secara lebih akurat dan menyentuh akar masalah.

BACA JUGA :  Aparat Gabungan Kendalikan Situasi Pascakerusuhan di Lampung Tengah, Warga Diimbau Tak Terprovokasi

Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan kini menjadi ujung tombak perbaikan tata kota. Tidak hanya menuntut, warga juga aktif menunjukkan alternatif dan dokumentasi historis sebagai bagian dari advokasi mereka. Di tengah tantangan perubahan iklim dan urbanisasi yang tak terbendung, pendekatan ini dinilai sebagai bentuk kota yang belajar dari warganya sendiri.

Dengan semangat partisipatif ini, bencana bukan lagi hanya duka — tetapi peluang untuk membangun kota yang lebih responsif, transparan, dan berdaya dari tingkat akar rumput.***