KRAKATOA.ID, BANDARLAMPUNG — Indonesia menjadi negara nomor dua di dunia dengan tingkat boros pangan atau Food Loss and Waste (FLW) setelah Arab Saudi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan TPH Provinsi Lampung Bani Ispriyanto prihatin banyak masyarakat membuang-buang makanan. Padahal, banyak juga yang masih kekurangan pangan.
“Indoesia ini secara intenasional itu nomor dua untuk food loss and waste, untuk boros dan kehilangan pangan setelah Arab Saudi. Itu angkanya cukup besar, sehingga untuk mengatasi itu kita harus mulai melakukan upaya-upaya untuk mengurangi boros pangan,” kata Bani Ispriyanto saat berbincang dengan Krakatoa.id di Hotel Horison Bandarlampung, Rabu (25/10/2023). Bani baru saja membuka kegiatan Rapat Koordinasi Gerakan Selamatkan Pangan Tahun 2023.
Untuk itu, Dinas Ketahanan Pangan TPH Provinsi Lampung mulai melakukan kampanye stop boros pangan kepada masyarakat. “Karena kehilangan pangan yang terlalu besar ini tentu merugikan. Kita harus mulai mengkampanyekan boros pangan tadi,” tegas Bani.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan TPH Provinsi Lampung ini menyoroti kebiasaan tidak baik masyarakat dalam acara pesta-pesta pernikahan.
“Terutama masyarakat kita terumatama kalau pada saat pesta-pesta pernikahan itu yang kita lihat kan berapa banyak makanan yang hilang begitu saja. Artinya mereka dengan sajian, menu yang banyak mereka lapar mata, mereka makan dengan mengambil semua menu, tapi akhirnya ketika dimakan hanya satu, dua menu yang dimakan. Yang lainnya tidak. Sehingga lainnya semua tersisa di meja, ini kalau kita kumpulkan ternyata banyak,” papar Bani.
Menurut Bani sebanyak 2 kwintal per orang selama setahun membuang makanan secara sia-sia.
“Jadi satu orang itu itung-itungannya 2 kwintal per tahun hilang makanan itu. Nah seandainya itu bisa dihemat, artinya kita kan bisa punya cadangan pangan yang cukup baik, jadi boros pangan itu bisa kita stop,” jelas Bani.
Pada kampanye Stop Boros Pangan ini lanjut Bani, Dinas Ketahanan Pangan TPH Provinsi Lampung akan mengadeng sejumlah aktivis yang selama ini telah mengkampanyekan hal serupa.
“Tentu kalau kita implementasi dari kampanya ini adalah realita pelaksanaan di bawah. Tentu kita tidak bisa sendiri, tentu melibatkan banyak pihak, terutama aktivis-aktivis yang bergerak di bidang food loss and waste, aktifis-aktifis itu sudah ada, hingga kita nanti kita himpun, kita rekrut bersama, kita kerja samakan.”
“Nanti mereka yang akan bergerak di lapangan. Karena mereka selama ini emang sudah mulai bergerak, mereka berkoordinasi dengan supermarket-supermarket, resto-resto itu untuk bagaimana mengkampanyekan pengurangan boros pangan. Kalau tidak kita mulai dari sekarang kapan lagi,” kata Bani.
Pihaknya lanjut Bani juga sudah melakukan komunikasi dengan Univesitas Lampung serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terkait pendaaan untuk kampanye Stop Boros Pangan.
“Nah saya juga sudah komunikasi dengan Unia terkait dengan pembiayaan dari Kemendikbudristek. Itu mereka punya anggaran atau dana yang bisa dikerjasamakan dengan lembaga di daerah. Nanti itu kita akan menggaet anggaran dari situ, kita kerjasama antara Kementerian dengan Pemrov untuk pembiayaan gerakan kampanye stop boros pangan.”
“Nanti sebagai pelaksana di bawahnya adalah aktivis-aktivis itu, yang mereka bergerak di kegiatan stop boros pangan. Karena mereka sudah punya linknya di sana, sudah punya link di resto-resto, supermarket, dan mereka sudah punya juga rumah untuk mengolah makanan. Sehingga sayuran yang dari supermarket yang masih bagus-bagus dan tidak digunakan lagi oleh supermarket itu direkrut dan diolah oleh mereka nanti dikirim ke panti-panti asuhan anak yatim piatu dan lain sebagainya, kaum-kaum duafa yang masih membutuhkan, nanti dikirim ke sana. Dan itu bermanfaat sekali. Jadi inilah yang kita inginkan sehingga tidak ada makanan yang terbuang sia-sia,” paparnya.***