KRAKATOA.ID, LAMPUNG TENGAH — Live in siswa siswi SMA Xaverius Bandarlampung yang berlangsung di Rumbia sejak tanggal 19 Februari 2024 berakhir pada tanggal 23 Februari 2024. Banyak kesan mendalam yang dialami baik dari peserta live in maupun orang tua dan keluarga yang ditempati anak anak live in.
Suasana hari terakhir dari pagi sudah tampak begitu berat mereka akan berpisah, beberapa anak kecil warga setempat selalu mengikuti peserta live in kemanapun dia jalan. Seperti tidak mau ditinggal oleh peserta live in, bahkan beberapa anak memperlihatkan wajah sedih.
Kegiatan Live In di Rumbia ditutup dengan Misa Kudus bersama RD. Cornelius Suja’i. dan RD. Bernardus Budi yang berlangsung di Stasi St Paulus Gaya Baru 4, UP St Yoh Don Bosco Rumbia. Di awal misa Romo Suja’i menyampaikan bahwa Allah mengajak kita untuk menjadi orang yang berkarakter dan peduli pada orang lain, menghargai proses panjang yang melibatkan banyak orang.
Lebih lanjut Romo Ja’i sapaan akrab Romo Suja’i mengajak seluruh peserta live in untuk memahami bahwa belajar di sekolah, belajar di rumah, belajar hidup harus melalui proses yang benar bukan instan. Dan ini adalah bagian dari pembelajaran yang mestinya didapatkan selama live in.
Pada bagian homili, Romo Budi menyampaikan bahwa live in adalah salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar selama 3 tahun di SMA. Proses pembelajaran formal tidak dibatasi waktu bahkan seumur hidup.
“Oleh karena itu pembelajaran formal dan informal merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam proses pembentukan karakter baik,” tandas Romo Budi.
Pada bagian akhir Romo Budi menekankan perlunya keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan karakter.
Suasana haru kembali terjadi ketika peserta akan meninggalkan lokasi live in, kali ini bukan saja anak anak kecil yang menangis tapi beberapa ibu-ibu tampak menangis ketika peserta live in beranjak menuju bis yang sudah menunggu.
Ketua Stasi Gaya Baru 4, Antonius saat berbincang dengan Krakatoa.id mengungkapkan kegelisahannya dari pagi karena mau ditinggal peserta live in.
“Peserta live in luar biasa, mampu menunjukkan sikap kekeluargaan dan keakraban selama kegiatan berlangsung. Mereka orang kota tapi mau diajak ke kebun, ke sawah untuk mengikuti aktifitas orang tua di mana mereka tinggal,” kata Antonius.
“Aktifitas orang tua adalah aktifitas rutin sehari-hari dan bagi kami adalah hal biasa tapi bagi peserta live in hal ini luar biasa karena orang tua mereka punya latar belakang yang berbeda,” pungkasnya.***
Penulis : F. Joko Winarno