KRAKATOA.ID, BANDARLAMPUNG — Sebutan Generasi Strawberry mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Generasi ini lahir antara pertengahan 1997 hingga awal 2010-an. Sebenarnya istilah generasi Generasi Strawberry mengambil dimensi lain dari karakteristik ini. Mereka adalah segmen dari Generasi Z yang lebih cenderung memiliki ketebalan kulit yang rapuh, mirip dengan buah strawberry yang memiliki kulit tipis namun memiliki rasa yang kuat di dalamnya. Sebutan ini ditujukan bagi generasi muda yang diibaratkan seperti buah strawberrry yang eksotis tapi mudah hancur apabila sedikit ditekan. Para generasi lama menyebut Generasi Strawberry ini lunak dan kurang tahan banting. Mereka juga dinilai tidak kuat dalam menghadapi kompetisi dan mudah menyerah pada ketidakpastian. Lalu, benarkan pandangan tersebut?
Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Selayaknya buah strawberry, kita bisa melihat banyak kelebihan yang terkandung di dalamnya, maka banyak pula kelebihan yang ada pada generasi strawberry, diantaranya generasi ini lebih mudah beradaptasi dengan perubahan teknologi yang pesat, menyukai tantangan karena kurang tertarik dengan rutinitas yang monoton, lebih berorientasi pada pengalaman yang menarik, serta lebih lugas jika berpendapat.
Generasi ini berada di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Di mana masa SMA adalah masa yang terkenal dengan masa yang paling indah. Masa ini merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa awal. Pada masa ini, siswa akan mengalami perubahan pada segi biologis, kognitif dan sosioemosional.
Resti Hosiana S., S.Pd., salah satu guru di SMA Xaverius Bandarlampung menyatakan bahwa masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa awal ini yang membuat siswa SMA yang dipenuhi oleh generasi Z memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi akan hal baru. Keingintahuan yang tinggi inilah yang membuat banyak ide kreatif dan inovatif yang bermunculan.
“Agar ide kreatif dan inovatif tersebut terarah dengan baik, ada baiknya orang tua dan pendidik bersama-sama mengajarkan cara mengolah ketahanan emosional dan mental, mengembangkan keterampilan, berani menghadapi tantangan dan keluar dari zona nyaman, serta memfokuskan pendidikan tidak hanya pada akademik atau non-akademik, tetapi juga pendidikan karakter. Tanggung jawab ini ada di semua pihak, tidak hanya diterapkan di sekolah tetapi juga di rumah. Jika semua berkerja sama dengan baik, maka pasti akan tercipta generasi Z atau generasi strawberry yang kaya akan manfaat,” ujarnya. Salam Xavepa HEBAT!***
Penulis : Resti Hosiana (Guru SMA Xaverius Bandarlampung)
Editor : Dewi Kristiani