KRAKATOA.ID, PESAWARAN – Sebuah cerita misteri dari dunia pecinta alam kembali mencuri perhatian. Aris Doyok, seorang pecinta alam asal Pringsewu, mengungkapkan pengalaman tak terlupakan yang ia alami saat mendaki Gunung Betung di Pesawaran pada tahun 2013. Cerita ini, yang sudah lama terpendam, akhirnya ia bagikan kepada Krakatoa.id pada Rabu, 5 Februari 2025.
“Inget tahun 2013, dua kali saya ketemu langsung lewat samping rombongan kita. Tapi mereka gak nengok, kami sumpah pada mau pingsan,” kenang Aris, yang masih teringat jelas kejadian yang membuat dirinya dan teman pendaki lainnya sangat ketakutan.
Menurut Aris, ia bersama seorang teman berangkat mendaki Gunung Betung selepas salat maghrib. Tidak lama setelah memulai perjalanan, mereka tiba-tiba berpapasan dengan rombongan misterius yang melintas di samping mereka. Yang membuat keduanya terperanjat adalah rombongan itu merupakan pasukan Jepang tanpa kepala, namun tetap mengenakan topi.
“Mereka gak ngomong apa-apa. Yang kami dengar cuma suara sepatu mereka yang beradu dengan tanah. Kami berdua hanya bisa diam. Mereka lewat sekitar satu menit, tapi kami merasa seperti berjam-jam,” jelas pria asal Pekon Totokarto, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ini.
Kejadian tersebut membuat Aris dan temannya hampir pingsan karena ketakutan.
“Kami hampir nggak percaya dengan apa yang kami lihat. Mereka berjalan seperti biasa, tapi anehnya, nggak ada suara selain sepatu mereka,” lanjutnya.
Meski sudah berusaha mencerna apa yang baru saja mereka alami, hingga kini Aris belum dapat memastikan maksud dari penampakan tersebut.
Setelah kejadian itu, Aris dan teman-temannya berusaha mencari jejak atau makam pasukan misterius itu. Bersama teman-teman pencari jejak sejarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM), mereka menjelajahi Gunung Betung, berharap bisa menemukan petunjuk lebih lanjut. Namun, pencarian itu tidak membuahkan hasil.
“Kami mencari makam mereka, tapi nggak ketemu. Yang ada hanya makam di puncak, dan itu pun tak terkait dengan kejadian itu,” ujar Aris.
Pencarian jejal menurut Aris dilakukan pada akhir 2014, mereka kembali melakukan pencarian dengan bantuan teman-teman dari Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Gedong Tataan selama dua hari penuh. Sayangnya, hasilnya tetap nihil.
“Kesimpulan awal mau dilanjutkan, tapi saya mundur waktu itu karena harus mengikuti Ekspedisi Tripe S di Jawa. Setelah satu minggu, saya tanya kepada Mas Sugi, tetapi pencarian itu tidak dilanjutkan lagi dan hingga kini masih menjadi misteri,” ungkapnya.

Selain itu, Aris juga menceritakan pengalamannya bertemu dengan sosok nenek lampun sentir, yang sudah sering ia temui selama menjelajah Gunung Betung.
“Kami sering bertemu dengan sosok-sosok seperti nenek lampun sentir atau tante kunti, tapi yang paling aneh adalah lampu kecil zaman dulu yang selalu menyala meski angin kencang. Lampu itu tidak pernah mati, bahkan saat badai,” ceritanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
Meski kejadian-kejadian mistis tersebut tak terhitung jumlahnya, bagi Aris, pengalaman-pengalaman itu justru memperkaya wawasan dan pengalamannya sebagai pecinta alam.
“Kami terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Ini semua buat berbagi pengalaman serta ilmu bagi anak-anak penyuka alam pegunungan. Salam lestari,” tutup Aris dengan harapan agar generasi muda pecinta alam bisa terus menjaga kelestarian alam sambil belajar dari pengalaman-pengalaman yang penuh misteri.
—
Penampakan pasukan Jepang tanpa kepala dan berbagai kejadian aneh lainnya di Gunung Betung semakin menambah deretan cerita misteri yang melingkupi dunia pendakian. Meski upaya pencarian dan penelusuran sudah dilakukan, belum ada jawaban pasti mengenai asal-usul pasukan itu. Apakah ini hanya sebuah ilusi ataukah memang ada kisah kelam dari masa lalu yang belum terungkap? Yang pasti, misteri ini akan terus membekas dalam ingatan Aris Doyok dan menjadi topik perbincangan di kalangan para pecinta alam dan penelusur jejak sejarah.***