KRAKATOA.ID, YOGYAKARTA — Rombongan English Teaching Assistant (ETAs) yang bertugas di Indonesia sedang berkumpul di Yogyakarta dari tanggal 25 Agustus 2024 hingga 1 September 2024 bersama para guru dari sekolah sekolah yang mereka jadikan tempat melakukan aktifitas. Mereka menghabiskan hari yang penuh pengalaman berkesan di Desa Kebonagung, Bantul, Yogyakarta pada Rabu, 27 Agustus 2024. Mereka merasakan langsung kehidupan pedesaan tradisional Indonesia melalui berbagai kegiatan unik yang membawa mereka lebih dekat dengan budaya lokal.
Perjalanan dimulai dengan bersepeda mengelilingi Desa Kebonagung yang asri. Udara segar dan pemandangan indah menemani para peserta saat mereka mengayuh sepeda melewati jalan-jalan desa yang hijau dan subur. Aktivitas ini memberikan kesempatan bagi ETAs dan guru-guru untuk mengeksplorasi kehidupan pedesaan dari dekat, sekaligus merasakan kebersamaan dengan masyarakat setempat.
Sorotan utama dari perjalanan ini adalah pengalaman menanam padi dan membajak sawah dengan kerbau, yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan para petani Indonesia. Dengan penuh semangat, mereka melangkah ke sawah berlumpur untuk belajar teknik menanam padi tradisional di bawah bimbingan petani setempat. Tak hanya itu, mereka juga merasakan sensasi unik membajak sawah dengan kerbau, aktivitas yang menantang sekaligus menyenangkan.
“Ini adalah pengalaman yang benar-benar berbeda dari apa yang pernah saya lakukan sebelumnya,” kata salah seorang ETA. “Membajak sawah dengan kerbau memberi saya penghargaan baru atas kerja keras yang dilakukan para petani setiap hari.”
Annie Cowen, salah satu ETA yang ditempatkan di SMA Xaverius Bandarlampung menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan ini. “Saya sangat berterima kasih bisa mendapatkan pengalaman seperti ini. kata Annie. Ini adalah cara yang luar biasa untuk benar-benar terlibat dengan budaya lokal dan memahami kehidupan sehari-hari masyarakat di sini,” pungkasnya.
Menutup perjalanan, para ETAs dan guru-guru berpartisipasi dalam kegiatan melukis caping, topi tradisional dari anyaman bambu, yang mereka bawa pulang sebagai kenang-kenangan. Setiap caping dihiasi dengan desain dan warna yang mencerminkan kreativitas dan kenangan mereka selama di Desa Kebonagung. “Melukis caping ini bukan hanya aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga akan selalu mengingatkan kami pada hari yang luar biasa ini dan keinginan untuk kembali lagi ke sini suatu hari nanti,” ungkap seorang peserta dengan penuh antusias.
Secara keseluruhan, perjalanan ke Desa Kebonagung menawarkan pengalaman pendidikan yang mendalam sekaligus kenangan yang tak terlupakan bagi para ETAs dan rekan guru. Mereka pulang dengan cerita-cerita baru dan apresiasi mendalam terhadap kekayaan budaya dan kehidupan pedesaan Indonesia.***
Kontributor : Kristiyanto
Editor : F. Joko Winarno