KRAKATOA.ID, BALI — Tampak jelas keceriaan wajah para siswa SMA Xaverius Bandarlampung saat berkunjung ke Desa Panglipuran, desa yang mendapat predikat desa terbersih di dunia. Predikat ini melekat karena begitu terjaganya lingkungan secara turun temurun. Kebersihan ini tidak hanya menjadi tugas masyarakat desa, tetapi juga tugas para wisatawan yang berkunjung ke sana.
Para pengunjung wajib mengikuti segala aturan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan tertata rapi. Bahkan para perokok tidak diijinkan merokok di desa ini. Jadi, semua yang ingin datang dan menikmati keindahan desa penglipuran harus mengikuti segala aturan yang ada di sana.
Desa Panglipuran adalah salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Indonesia. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena masyarakatnya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali dalam kehidupan mereka sehari-hari. Arsitektur bangunan dan pengolahan lahan masih mengikuti konsep Tri Hita. Karana, filosofi masyarakat Bali mengenai keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia, dan lingkungannya. Mereka berhasil membangun pariwisata yang menguntungkan seluruh masyarakatnya tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka.
Pada tahun 1995, desa Penglipuran juga mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka.
Desa panglipuran juga menyajikan kehangatan para penduduknya. Penduduk desa selalu menyambut para wisatawan dengan ramah. Para wisatawan yang datang disambut dengan welcome drink, berupa minuman “Loloh Cemcem” . Minuman ini adalah minuman khas yang hanya ada di Desa Panglipuran. Loloh Cemcem merupakan minuman hasil produksi rumahan di Bali yang banyak diproduksi dan dipasarkan di Desa Panglipuran. Minuman ini memiliki rasa yang asam namun menyegarkan. Selain itu, minuman unik ini dapat dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Akan tetapi, minuman ini hanya dapat bertahan satu minggu meski sudah disimpan dalam lemari pendingin.
Penduduk Desa Panglipuran juga menjual baju adat dan makanan khas lainnya. Terdapat pula penyewaan baju adat untuk foto bersama keluarga, kekasih, dan teman. Penyewaan baju adat berkisar 50 ribu rupiah. Harga yang cukup murah untuk satu set baju adat Bali. Oleh karena itu, banyak yang memakai baju adat Bali ini saat mengabadikan momen keindahan Desa Panglipuran. Tidak terkecuali untuk para siswa studi wisata SMA Xaverius Bandarlampung, kesempatan langka ini dimanfaatkan para siswa menyewa baju adat Bali untuk berfoto bersama.
“Saya penasaran karena belum pernah menggunakan baju adat Bali secara langsung di Bali, Jadi saya se-excited itu. Selain itu, saya sangat senang karena memakai baju ini, saya ternyata banyak diajak foto bule,” ujar Gisela salah satu siswa SMA Xaverius Bandarlampung.
Desa Panglipuran meninggalkan kenangan yang begitu mengesankan.
Keramahan dan kehangatan penduduk, serta keunikan desanya membawa nuansa yang berbeda.
Kesejukan udaranya yang nyaman mengajak orang enggan untuk beranjak pulang.
Di desa Panglipuran terasa kental rasa tenang dan damai,
Tersaji Rumah-rumah berbaris, rapi dan teratur,
Menyatu dengan alam, harmoni yang menyentuh.
Di setiap sudut desa Panglipuran menyimpan banyak cerita.
Cerita tentang jiwa yang hidup, dalam keabadian harmoni mesra bersama semesta.
Salam Xavepa HEBAT!***
Kontributor : Dewi Kristiani
Editor : Resti Hosiana